Indonesia Deflasi 3 Bulan Beruntun, Rupiah Masih Perkasa Lho

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 October 2020 12:11
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

dolarJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mampu mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (1/10/2020), meski data menunjukkan Indonesia mengalami deflasi 3 bulan beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,27% di Rp 14.800/US$, tetapi tidak lama langsung terpangkas bahkan sempat melemah 0,07% ke Rp 14.850/US$.

Rupiah kembali bangkit, menguat 0,13% di Rp 14.820/US$ dan bertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia periode September 2020. Hasilnya tidak jauh dengan perkiraan pasar.
BPS melaporkan terjadi lagi deflasi di mana data IHK bulanan (month-to-month/MtM) pada September tercatat -0,05%

Ini menjadi yang ketiga dalam tiga bulan beruntun, berarti deflasi tidak terputus sepanjang kuartal III-2020. Angka yang dilaporkan BPS tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu deflasi 0,03% MtM.

Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 1,42%, tidak jauh dari konsensus pasar yang memperkirakan 1,43%. Kemudian inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) adalah 0,89%.

Meski demikian, rupiah masih mampu mempertahankan penguatan, sebab sentimen pelaku pasar sedang bagus, yang membuat dolar AS menjadi kurang diminati.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang kemarin berhasil menguat, sebab pelaku pasar mulai optimis stimulus fiskal di AS akan segera cair.

Selain itu serangkaian data ekonomi dari AS kemarin juga menunjukkan pemulihan ekonomi yang menjanjikan. Sektor swasta AS mampu merekrut 749 ribu tenaga kerja di bulan September, kemudian aktivitas manufaktur di wilayah Chicago melesat naik dengan angka purchasing managers' index (PMI) sebesar 62,4, jauh lebih tinggi ketimbang bulan Agustus 51,2.

Kemarin, kabar bagus juga datang dari China yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang mampu dipertahankan setelah dihantam pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur China bulan September sebesar 51,5, naik dari bulan sebelumnya 51.
China menjadi contoh negara yang sudah mampu meredam penyebaran Covid-19 akan bisa segera bangkit.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular