
Pasar Keder Melihat Hasil Debat AS, Harga SBN Cenderung Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada Rabu (30/9/2020) ditutup menguat, kecuali SBN tenor 5 tahun yang melemah dan SBN tenor 30 tahun yang stagnan.
Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami pelemahan yield, tetapi tidak untuk SBN tenor 5 tahun yang mencatatkan penguatan yield 0,9 basis poin ke level 5,753% dan SBN berjatuh tempo 30 tahun yang yield-nya cenderung stagnan di level 7,458%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara melemah 4,5 basis poin ke level 6,930% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga pelemahan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pelemahan yield terbesar tercatat di SBN dengan tenor 1 tahun yang turun 7,2 basis poin ke level 5,744%. Sedangkan, pelemahan yield terkecil terjadi pada SBN berjatuh tempo 20 tahun yang turun 1,1 basis poin ke 7,456%.
Pelaku pasar merespon dari debat perdana antara petahana Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden yang berlangsung pada Selasa malam (30/9/2020) waktu AS. Debat terbilang sengit karena kedua kandidat saling serang hal-hal yang tidak berhubungan dengan debat seperti keluarga masing-masing calon.
Ketidakjelasan debat pertama ini membuat para pelaku pasar "galau" karena mereka berharap debat ini akan memperjelas siapa kira-kira kandidat presiden AS selanjutnya, sehingga pasar tidak perlu berlama-lama menunggu hasil pemilihan elektoral.
Selain itu, prospek perang dagang kian panas setelah Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) mengizinkan Uni Eropa memberlakukan tarif pada barang-barang AS senilai US$ 4 miliar sebagai balasan atas subsidi pembuat pesawat asal AS, Boeing Co.
Penarikan tarif tersebut memperburuk prospek perekonomian dunia karena berujung pada peningkatan biaya dalam supply-chain kedua negara, tatkala perang dagang AS-China kian memanas karena AS mengabaikan keputusan WTO dan ngotot berperang tarif lawan China.
Akibatnya, pemodal pun kembali "mengungsikan" aset investasinya dengan membeli SBN yang menawarkan keuntungan tetap tatkala risiko dan ketakpastian meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%