Jelang Debat Perdana Pilpres, Wall Street Dibuka Variatif

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
29 September 2020 20:53
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada pembukaan perdagangan Selasa (29/9/2020), jelang debat perdana pemilihan presiden (pilpres) sementara investor menanti kepastian stimulus yang baru.

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka turun 36 poin (-0,2%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan 10 menit kemudian menjadi 33,3 poin (-0,1%) ke 27.550,8. Nasdaq naik 9,4 poin (+0,1%) ke 11.126,9 dan S&P 500 tumbuh 1,5 poin (+0,05%) ke 3.353,11.

Tren pergerakan yang cenderung mixed ini terhitung kontras jika dibandingkan dengan perdagangan Senin, di mana Dow Jones melesat 410 poin atau 1,5%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq juga naik masing-masing sebesar 1,6% dan 1,9%.

David Waddell, CEO Waddell & Associates, menilai bahwa pelemahan akhir-akhir ini diperlukan untuk "pembalikan-ke-atas" untuk saham-saham teknologi. "Menurut saya, kita berada di periode pergerakan menyamping. Hanya saja kita akan melakukannya seperti halnya bermain trampolin," ujarnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Pelaku pasar bakal memantau debat perdana Presiden AS Donald Trump melawan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden pada Selasa malam (Rabu pagi WIB). Beberapa analis Wall Street meyakini bahwa debat tersebut bisa berkonsekuensi besar ke pasar.

Namun sebelum debat dimulai, investor akan mencermati kondisi industri semikonduktor setelah Micron melaporkan kinerja kuartal IV-2019 usai penutupan pasar Selasa ini (dini hari nanti waktu Indonesia).

Mereka juga memperhatikan perkembangan stimulus pandemi setelah Partai Demokrat menurunkan nilai paket stimulus yang diajukannya menjadi US$ 2,2 triliun dari sebelumnya US$ 2,4 triliun.

Paket itu termasuk bantuan terhadap pengangguran, subsidi langsung kepada rumah tangga, bisnis kecil, dan pinjaman terhadap sektor penerbangan yang terpukul parah oleh corona (Covid-19).

Namun, kasus corona di AS masih terus meningkat di mana penasehat Gedung Putih untuk urusan kesehatan Anthony Fauci mengatakan bahwa Negara Adidaya itu "bukanlah di tempat yang bagus" karena musim dingin segera tiba dan memperburuk penyebaran virus.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular