Sentimen Pasar Mixed, Harga Obligasi Negara Bergerak Variatif

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
28 September 2020 17:49
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi negara atau surat berharga negara (SBN) pada awal pekan ini (28/9/2020) ditutup bervariasi, karena selera risiko investor cenderung mixed menyusul kian panasnya politik Amerika Serikat (AS) di tengah kenaikan kasus virus Corona.

Tercatat SBN yang bertenor 1 tahun, 5 tahun, dan 20 tahun mengalami pelemahan harga. Sedangkan SBN dengan tenor 15 tahun dan 30 tahun mengalami penguatan. Adapun SBN tenor 10 tahun cenderung stagnan.  

Tercatat imbal hasil (yield) SBN dengan tenor 1 tahun naik 27,8 basis poin ke level 3,920%, kemudian yield SBN tenor 5 tahun menguat 0,5 basis poin ke 5,684% dan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun naik 1,5 basis poin ke 7,459%. Sedangkan sisanya mengalami pelemahan yield.

Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara cenderung stagnan di level 6,915% pada hari ini. 

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penguatan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Kabar positif datang dari Eropa, di mana pejabat Bank of England Silvana Tenreyro dalam wawancara dengan media setempat mengatakan bahwa investigasi bank sentral atas efektivitas suku bunga negatif dalam membantu pemulihan ekonomi Inggris menunjukkan hasil yang "memuaskan".

Rezim suku bunga negatif akan mendorong dana global mengalir ke emerging market untuk berburu imbal hasil yang tinggi.

Namun Negeri Sam saat ini mencatatkan kenaikan kasus harian Covid-19 jelang debat pertama antara Presiden AS Donald Trump dengan penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden. Ini akan memanaskan situasi politik AS yang sedang hangat akibat perebutan posisi Ketua Mahkamah Agung.

Di sisi lain, pelaku pasar mulai ragu bahwa ketersediaan vaksin mampu mengatasi persoalan pandemi ini dalam waktu singkat. Pandangan skeptis ilmuwan soal vaksin diutarakan oleh Malik Eiris dan Gabriel M Leung dari School of Public Health The University of Hong Kong dalam laporan di jurnal Lancet, mereka mengatakan bahwa hidup normal kembali merupakan asumsi yang mirip ilusi.

Di situ, mereka mempertanyakan efektivitas vaksin dalam membangun antibodi secara masal. Laporan terpisah juga menyebutkan risiko Antibody Dependent Enhancement (ADE) yang memungkinkan virus Covid-19 justru lebih kebal akibat terkena antibodi yang kurang efektif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular