
Ikuti Sentimen AS, Harga Obligasi Pemerintah Ditutup Variatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi negara pada Jumat (25/9/2020) mayoritas ditutup melemah. Hanya obligasi tenor 1 tahun dan 20 tahun yang harganya mengalami kenaikan.
Tercatat imbal hasil (yield) SBN dengan tenor 1 tahun turun 18,5 basis poin ke level 3,642% dan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun melemah 0,4 basis poin ke 7,444%, sedangkan sisanya mengalami penguatan yield.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara mengalami penguatan 0,3 basis poin ke level 6,915%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penguatan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Kenaikan yield tertinggi tercatat di SBN dengan tenor 5 tahun yang naik 3,2 basis poin ke level 5,679%. Sedangkan, kenaikan yield terendah terjadi pada SBN berjatuh tempo 30 tahun yang turun 0,2 basis poin ke 7,447%.
Sentimen pada akhir pekan ini cenderung mixed. Rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) cenderung membaik akhir pekan ini yakni data klaim tunjangan pengangguran AS. Tercatat data klaim tunjangan pengangguran dilaporkan sebanyak 870 ribu orang dalam sepekan yang berakhir 19 September, lebih banyak dari estimasi Dow Jones 850 ribu klaim.
Namun, data penjualan rumah baru justru dilaporkan positif dengan lebih dari 1 juta unit rumah terjual pada bulan Agustus, atau lebih banyak dari estimasi ekonom yang disurvei Dow Jones sebanyak 898 ribu unit.
"Investor memperhatikan seperti apa pemulihan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan. Beberapa bagian ekonomi bekerja dengan baik, tetapi beberapa sektor juga kembali melambat," kata Megan Horneman, direktur strategi portofolio di Verdence Capital Advisors, sebagaimana dilansir CNBC International.
Selain itu, stimulus fiskal yang dinanti-nanti juga tak kunjung ada titik terang. Partai Demokrat dilaporkan akan menyiapkan paket stimulus senilai US$ 2,4 triliun dan akan di-voting pada pekan depan.
Tetapi nilai tersebut jauh lebih besar ketimbang nilai yang akan disetujui Partai Republik dan pemerintah AS. Sehingga ada kemungkinan stimulus kembali mandek.Tanpa stimulus fiskal, Goldman Sachs kini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 3% di kuartal IV-2020, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%