Rupiah "Main Ayunan", Sempat tembus Rp 14.900/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 September 2020 13:18
A woman shows U.S. dollar bills at her home in Buenos Aires, Argentina August 28, 2018. REUTERS/Marcos Brindicci
Foto: ilustrasi dollar Amerika (REUTERS/Marcos Brindicci)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah "main ayunan" alias naik turun antara penguatan dan pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (25/9/2020). Meski demikian peluang rupiah untuk menguat di penutupan perdagangan nanti terbuka cukup lebar.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,03% ke Rp 14.840/US$, tetapi tak lama langsung berbalik melemah. Depresiasi rupiah semakin besar hingga 0,57% ke Rp 14.930/US$.

Mata Uang Garuda tidak berlama-lama di level tersebut, posisinya membaik dan bergerak antara pelemahan dan penguatan. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di level Rp 14.850/US$, melemah tipis 0,03% di pasar spot.

Dari dalam negeri, Pemprov DKI Jakarta memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta. PSBB ketat ini diperpanjang 2 pekan sampai 11 Oktober 2020.

PSBB yang diperpanjang memang memberikan sentimen negatif, tetapi dampaknya tidak besar sebab sudah diantisipasi pelaku pasar karena penambahan kasus Covid-19 di Jakarta masih tinggi.

Meski demikian, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengklaim kini mulai tampak tanda-tanda pelandaian kasus positif dan kasus aktif di Jakarta, seiring dengan berkurangnya mobilitas warga saat dilakukan pengetatan PSBB. Pada 12 hari pertama bulan September, pertambahan kasus aktif sebanyak 49% atau 3.864 kasus. Pada periode PSBB, yakni 12 hari berikutnya, penambahan jumlah kasus aktif masih terjadi, namun berkurang menjadi 12% atau 1.453 kasus.

Di sisi lain, laju penguatan dolar AS tertahan sejak kemarin. Hal tersebut terlihat dari indeks dolar AS yang melemah tipis 0,06% pada perdagangan Kamis setelah mencatat penguatan 3 hari beruntun dengan total persentase 1,58%.

Semalam data klaim tunjangan pengangguran AS naik dilaporkan sebanyak menjadi 870 ribu pada pekan yang berakhir 19 September, dari sebelumnya 866 ribu dan lebih tinggi dari perkiraan yang memprediksi angkanya bakal turun ke 840 ribu.

Kabar kurang mengenakkan ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi masih penuh ketidakpastian seiring dengan perkembangan wabah virus corona yang kembali mengganas dengan lonjakan kasus di berbagai tempat termasuk AS.

Alhasil, penguatan dolar AS pun tertahan.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpeluang kembali menguat melihat pergerakan kurs non-delivarable forward (NDF) yang menunjukkan penguatan ketimbang posisi pagi tadi.

Berikut pergerakan kurs NDF pagi sebelum pembukaan perdagangan, dan tengah hari ini.

PeriodeKurs 25 September (07:04 WIB)Kurs 25 September (11:54 WIB)
1 PekanRp14.980Rp14.912,4
1 BulanRp15.035Rp14.952,9
2 BulanRp15.106Rp15.076,5
3 BulanRp15.165Rp15.089,6
6 BulanRp15.351Rp15.268,8
9 BulanRp15.537Rp15.463,3
1 TahunRp15.722Rp15.648,1
2 TahunRp16.435Rp16.385,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular