Investor Cenderung Cari Aman, Obligasi Pemerintah Kompak Naik

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
21 September 2020 18:38
Chief Executive Hong Kong Carrie Lam berbicara pada upacara pembukaan Bond Connect di Hong Kong Exchanges di Hong Kong, China 3 Juli 2017. REUTERS / Bobby Yip
Foto: Chief Executive Hong Kong Carrie Lam berbicara pada upacara pembukaan Bond Connect di Hong Kong Exchanges di Hong Kong, China 3 Juli 2017. REUTERS / Bobby Yip

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi negara pada Senin awal pekan ini (21/9/2020) kompak ditutup menguat, seiring lonjakan kasus Covid-19 di Eropa dan di dalam negeri.

Semua obligasi negara atau Surat Berharga Negara (SBN) ramai dikoleksi investor hari ini. Tercatat Yield SBN di semua tenormengalami pelemahan. Yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara mengalami pelemahan 3,5 basis point ke level 6,877%. 

Pelemahan yield terbesar tercatat di SBN dengan tenor 10 tahun yang merupuakan yield SBN acuan. Sedangkan, pelemahan yield terkecil terjadi pada SBN berjatuh tempo 30 tahun yang turun 0,6 basis poin ke 7,433%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga pelemahan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor memburu aset pendapatan tetap d tengah lonjakan kasus Covid-19 di Eropa dan Indonesia. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengingatkan "situasi yang sangat serius" di Eropa menyusul lonjakan kasus yang memicu pemberlakuan karantina wilayah (lockdown), seperti yang akan dilakukan di London.

Di London, data pemerintah pada hari Sabtu (19/9/2020) menunjukkan 4.422 kasus baru, 100 lebih banyak dari pada hari Jumat dan total harian tertinggi sejak 8 Mei, berdasarkan hasil tes positif.

Tingkat infeksi yang sebenarnya kemungkinan besar lebih tinggi. Badan statistik Inggris mengatakan pada hari Jumat bahwa sekitar 6.000 orang setiap hari di Inggris saja mungkin tertular penyakit selama seminggu hingga 10 September, berdasarkan pengujian acak.

Polling Reuters menyebutkan bahwa kenaikan kembali kasus corona merupakan ancaman terbesar terhadap pemulihan ekonomi di Benua Biru, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan inflasi bakal menjadi negatif dalam beberapa tahun ke depan.

Hingga kini, kasus Covid-19 telah melampaui angka 30 juta di seluruh dunia, merenggut 946.000 jiwa. Di Indonesia sendiri, penambahan kasus Covid-19 di Indonesia semakin tidak terkendali dari yang tercermin dari kasus baru kembali memecahkan rekor tertingginya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terdapat penambahan 4.176 kasus baru Covid-19 pada hari ini, sehingga kasus corona nasional semakin mendekati angka 250.000 orang.

Selama September, penambahan pasien baru Covid-19 beberapa kali memecahkan rekor tertinggi termasuk hari ini sehingga total kasus corona di Indonesia sebanyak 248.852 orang. Jumlah kabupaten/kota yang terpapar Covid-19 bertambah 1 lagi menjadi 494 di 34 provinsi Indonesia.

Tak hanya itu, kasus kematian di Indonesia juga terus bertambah. Per hari ini ada 124 kasus kematian, sehingga secara kumulatif totalnya menjadi 9.677. DKI Jakarta masih menjadi hotspot corona di Indonesia dengan catatan total kasus tertinggi dan penambahan tinggi dari hari ke hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

 


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular