Analisis Teknikal

IHSG Sudah KO 3 Hari Beruntun, Waspada ke Bawah 5.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 September 2020 08:15
Laju bursa saham domestik langsung tertekan dalam pada perdagangan hari ini, Kamis (10/9/2020) usai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai Senin pekan depan.

Sontak, investor di pasar saham bereaksi negatif. Indeks Harga Saham Gabungan anjlok lebih dari 4% ke level 4.920,61 poin. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 430,47 miliar sampai dengan pukul 10.18 WIB.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,4% ke 5.038,4 pada perdagangan Kamis (17/9/2020). Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 445 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Kebijakan Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mempertahankan suku bunga acuan pada Kamis dini hari tidak mendapat sambutan yang bagus di pasar finansial global. Hal yang sama terjadi setelah Bank Indonesia (BI) juga tanpa tambahan stimulus.

Saham-saham bank berguguran setelah BI mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 4%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%.

Sentimen dari bank sentral tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini, Jumat (18/9/2020).

Setelah turun 3 hari beruntun, tekanan bagi IHSG berisiko meningkat akibat bursa saham AS (Wall Street) yang kembali melemah pada perdagangan Kamis waktu setempat. Aksi jual sektor teknologi kembali memicu kejatuhan kiblat bursa saham dunia tersebut. Indeks Nasdaq melemah 1,27%, S&P 500 -0,84%, dan Dow Jones -0,47%.

Kembali melemahnya Wall Street tentunya mengirim hawa negatif ke pasar Asia hari ini.

Secara teknikal, level 5.163 terbukti menjadi resisten yang kuat menahan penguatan IHSG. Pada Selasa lalu, IHSG gagal melewati 5.163 dan akhirnya merosot, berlanjut hingga membukukan pelemahan 3 hari beruntun.

Level tersebut merupakan Fibonnaci Retracement 50% pada grafik harian, sehingga menjadi resisten/support yang kuat. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Indikator stochastic pada grafik harian sudah naik dari wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Sementara itu melihat grafik 1 jam, indikator stochastic masuk ke wilayah oversold, sehingga memberikan peluang rebound.

Tetapi saat fundamental sedang tak mendukung, stochastic bisa tertahan di wilayah oversold dalam waktu yang lama.

Level psikologis 5.000 kini menjadi support terdekat, jika aksi jual IHSG berisiko meluas dan membawanya turun menuju 4.930.

Selama bertahan di atas support, IHSG berpeluang menguat ke resisten terdekat 5.090, jika berhasil dilewati IHSG berpeluang menguat kembali menuju 5.130.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular