
Merosot Makin Dalam, Rupiah Kini di Atas Rp 14.900/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah merosot parah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (11/9/2020), hingga ke atas Rp 14.900/US$. Rupiah mengalami tekanan akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total yang kembali diterapkan di Jakarta.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,27% di Rp 14.850/US$. Tetapi depresiasi terus membengkak, pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.920/US$, melemah 0,67%. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 14 Mei lalu.
Pada Rabu (9/9/2020) malam lalu, malam Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali mengumumkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total mulai 14 September. Pengumuman tersebut memberikan efek kejut pada perdagangan kemarin, dan semakin parah hari ini.
Dengan demikian, Indonesia hampir pasti mengalami resesi di kuartal ini. Bahkan, produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV juga berisiko terkontraksi jika PSBB total berlangsung hingga bulan depan. Maklum saja, kontribusi Jakarta terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mengingatkan risiko kontraksi ekonomi di kuartal III-2020. Sri Mulyani mengatakan kuartal III masih akan berada di zona negatif karena penyebaran Covid-19 masih terus meluas sehingga kebijakan pembatasan sosial kembali dilakukan.
Dengan kondisi ini, maka outlook ekonomi Indonesia di tahun ini pun direvisi kebawah. Pertumbuhan ekonomi sebelum Covid-19 diprediksi bisa tumbuh 5,3% dan saat ini menjadi -1,1 sampai 0,2%.
Tekanan bagi rupiah semakin besar pada hari ini akibat sentimen pelaku pasar sedang memburuk yang tercermin dari ambrolnya bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis waktu setempat. Sektor teknologi lagi-lagi mengalami aksi jual, indeks Nasdaq merosot nyaris 2%. Sementara indeks S&P 500 dan Dow Jones merosot 1,76% dan 1,45%.
Ambrolnya Wall Street diikuti oleh bursa Asia pagi tadi, menjadi indikasi sentimen pelaku pasar sedang tidak bagus. Akibatnya, rupiah yang merupakan aset emerging market tentunya kalah telak dengan dolar AS yang merupakan aset safe haven. Rupiah pun ambrol.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
