Sederet Inovasi Sreeya Sewu Indonesia Kala Pandemi

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
08 September 2020 15:38
Ist
Foto: Tommy Watimena (jas abu abu) Direktur Utama Perseroan_bersama Dicky Saelan (jas coklat) Managing Director Food Perseroan.

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD) memiliki sejumlah inovasi bisnis di tengah pandemi Covid-19 salah satunya melalui Smart Farm.

Direktur Utama, PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk, Tommy Wattimena mengatakan Smart Farm menjadi salah satu tantangan di tengah belum adanya standarisasi peternakan di Indonesia. Menurutnya setiap peternakan memiliki teknik dan alat yang belum memiliki standar, berbeda dengan misalnya industri perhotelan yang sudah memiliki standar.

"Kenapa ini tak dilakukan di dunia farming? Mau nggak distandarisasi, kita kasih teknologi, prinsip Smart Farming ini sudah dikembangkan di Eropa," ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (7/9/2020).

Smart Farming ini menurutnya menggunakan Internet of Things (IoT) sehingga semua yang diperlukan untuk hewan ternak bisa dilakukan. Mulai dari temperatur sensor, humidity, penerangan hingga sensor digital.

"Ini sudah di tes di kandang kita, meningkatkan produktivitas, di dunia ayam ada Indeks Prestasi (IP) rata-rata 320 sampai 360 dengan mortality 4-8%, waktu apply Smart Farm ini naik jadi 410-420 dengan mortality turun 2,5 sampai 2%," terangnya.

Inovasi berikutnya adalah penggunaan Halal Blockchain yang digunakan untuk transparansi data yang tak bisa diubah. Halal Blockchain ini membuat konsumen bisa melakukan pengecekan, dimulai dengan sumber ayam, asal peternakan, pakan dan lainnya.

"Untuk konsumen ini sangat bagus. Dalam konteks halal dan tentunya sehat dan bersih," tegasnya.

Tak hanya inovasi tersebut, inovasi lainnya adalah kerjasama dengan startup Warteg Wahyoo. Dia menyebut, nilai investasi setiap gerobak mencapai Rp 5 juta dimana saat ini sudah ada 400 gerobak, dan targetnya mencapai 1.000 hingga akhir tahun.

"Kita membuat gerobak-gerobak ayam goreng di Wahyoo, startup warteg. Jadi membuat gerobak, suplai ayam goreng dan dapat tambahan income," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (7/9/2020).

Tak hanya inovasi melalui kerjasama dengan warteg, dia juga menyebut inovasi lain yang mengajak masyarakat khususnya Ibu Rumah Tangga (IRT) untuk berbisnis. Dengan modal Rp 1,5 juta, IRT bisa berjualan frozen foods dengan brand belfoods di rumah.

"Jumlah saat ini (IRT yang bergabung) ada ratusan menuju ribuan. Ini community to community, marketing baru, inovasi baru," tegasnya lagi.

Inovasi lain yang juga diusung untuk bisa menjangkau kalangan bawah adalah melalui peluncuran Chicken Nugget kemasan yang dijual seharga Rp 5 ribu. Chicken Nugget ini diharapkan bisa membantu kondisi ekonomi akibat hantaman Covid-19.

"Kita harus tau efek pandemi banyak orang kehilangan kerja, keadaan ekonomi berat, tapi butuh protein tepat. Jadi kita luncurkan nugget seharga Rp 5 ribu, itu saya yakin termurah," jelasnya.

Tommy tak memungkiri, bisnis perusahaan juga terdampak akibat pandemi yang mulai menghantam sejak awal tahun 2020. Dia bahkan mencatat, penjualan sempat mengalami penurunan pada kuartal II-2020 hingga 20%.

"Karena simple aja, semua restoran, pasar basah tutup. Harga ayam sempat menyentuh Rp 8-9 ribu average nya itu sekitar Rp 13 ribu bulan itu. Modal ayam sekitar antara Rp 15-17 ribu," tuturnya.

IstFoto: Pertama dan satu satu nya di Indonesia Halal Blochain di Industri Poultry .

Meski dalam kondisi yang berat, dia optimistis keadaan akan membaik. Setidaknya, hal ini terbukti sejak Mei, saat di mana kebijakan PSBB mulai dilonggarkan. Saat ini, dia menyebut mulai menunjukkan arah perbaikan pada perusahaan. Meski tak menyebut secara spesifik berapa target perolehan sampai akhir tahun.

"Tahun ini kita optimis tetap tumbuh positif, tumbuh single digit dan tetap profitable tetapi tidak sebaik tahun lalu," ujarnya lagi.

Informasi saja, Sreeya mencatat kinerja positif pada akhir tahun 2019 dengan Laba Bersih Tahun Berjalan sebesar Rp 79,7 miliar naik 207,69% dibanding tahun 2018 sekitar Rp 25,9 miliar. Sreeya juga mencatat penjualan bersih tahun 2019 sebesar Rp4.106 triliun meningkat 31,6% atau setara dengan Rp 986 miliar dibandingkan penjualan bersih tahun 2018 sejumlah Rp3.120 triliun.

Pencapaian positif juga dibukukan oleh Perseroan pada kuartal I-2020 pertama melalui penjualan yang mencapai Rp 1,15 triliun meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 928 miliar. Adapun laba usaha kuartal pertama 2020 senilai 59,2 miliar meningkat dibandingkan kuartal pertama tahun 2019 sebesar 36,6 miliar.

Adapun PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk sebelumnya adalah PT Sierad Produce Tbk. Pergantian nama tersebut menurutnya karena saat ini Sreeya telah menjelma menjadi perusahaan yang sangat berbeda dibanding dengan sebelumnya.

Menurutnya, Sreeya sudah bertransformasi menjadi 'completely new different company' karena sebelumnya hanya berorientasi pada produksi, berbeda dengan sekarang fokus pada pemasaran yang berorientasi kepada konsumen. Selanjutnya dulu hanya fokus pada pakan dan kandang saat ini disebutnya sudah semakin seimbang.

"Kalau dulu yang penting komoditas, low price yang penting bisa jualan sekarang value for money, kita nggak main harga atau yang murah lagi. Dan Sreeya kini investasi a lot of intangible asset seperti branding, teknologi, sekarang kita jadi perusahaan yang digitalize dibanding dulu yang analog," pungkasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Petinggi Humpuss Jadi Komisaris Sierad, Begini Kinerja SIPD

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular