
Cemerlang di Awal Pekan, Rupiah Berpeluang ke Rp 14.325/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,38% ke Rp 14.560/US$ pada perdagangan Senin (31/8/2020). Tidak sekedar menguat, rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.
Penguatan hari ini melanjutkan kinerja positif pekan lalu yang menguat lebih dari 1% dan menghentikan pelemahan minggu beruntun.
Di awal perdagangan hari ini, rupiah bahkan sempat menguat 0,79% ke Rp 14.500/US$, kali terakhir Mata Uang Garuda menyentuh level tersebut pada 6 Agustus lalu.
Rupiah punya modal untuk terus menguat di pekan ini, baik dari eksternal maupun internal.
Dari eksternal dolar AS yang sedang loyo merespons kebijakan terbaru dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membuat rupiah mampu perkasa lagi.
Bos The Fed, Jerome Powell, pada Kamis (27/8/2020) malam mengubah pendekatannya terhadap target inflasi. Sebelumnya The Fed menetapkan target inflasi sebesar 2%, ketika sudah mendekatinya maka bank sentral paling powerful di dunia ini akan menormalisasi suku bunganya, alias mulai menaikkan suku bunga.
Kini The Fed menerapkan "target inflasi rata-rata" yang artinya The Fed akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi di atas 2% "secara moderat" dalam "beberapa waktu", selama rata-ratanya masih 2%.
Dengan "target inflasi rata-rata" Powell mengatakan suku bunga rendah bisa ditahan lebih lama lagi, guna membantu perekonomian yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.
Suku bunga rendah yang ditahan dalam waktu yang lama tentunya berdampak negatif bagi dolar AS.
Sementara dari internal, Bank Indonesia (BI) dalam laporan kebijakan Moneter Kuartal II-2020 menjelaskan potensi penguatan nilai tukar Rupiah tersebut didukung oleh inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah dan daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi serta premi risiko Indonesia yang turun.
Penurunan premi risiko yang tercermin dari (credit default swap/CDS) menandakan pelaku pasar meyakini bahwa risiko gagal bayar alias default semakin kecil. CDS tenor 5 dan 10 tahun berada di level terendah sejak awal Maret, sebelum pasar finansial Indonesia mengalami gejolak akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR mampu menguat setelah pekan lalu menembus dan bertahan di bawah US$ 14.730/US$, yang merupakan resisten (tahanan atas) kuat.
Level US$ 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator stochastic belum masuk wilayah jenuh beli (overbought) maupun jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic kini bergerak menurun tetapi masih cukup jauh dari wilayah oversold, sehingga ruang penguatan masih terbuka lebar.
Rupiah pada hari ini menyentuh level Rp 14.550/US$ yang menjadi support terdekat. Jika berhasil ditembus, Mata Uang Garuda berpotensi menguat ke Rp 14.420/US$, sebelum menuju Rp 14.325/US$.
Sementara Rp 14.660/US$ menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah kembali ke RP 14.700/US$, sebelum menuju resisten kuat Rp 14.730/US$
Ke depannya, selama tertahan di bawah Rp 14.730/US$, rupiah masih cenderung menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
