Bukan Likuiditas, Bos BRI Ungkap Isu Perbankan di Semester 2

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
27 August 2020 14:27
Dok: BRI
Foto: Dok: BRI

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), bank terbesar di Indonesia, menilai ada isu perbankan di semester II telah bergeser dari masalah likuiditas menjadi permintaan kredit yang rendah.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pada awalnya industri perbankan khawatir terhadap isu likuiditas seiring dengan gencarnya restrukturisasi kredit di tengah Pandemi Covid-19. Namun, ternyata dana pihak ketiga (DPK) BRI dapat tumbuh 12%, atau 3 kali limpat dari pertumbuhan kredit yang hampir 4%.

"Ternyata begitu kredit direstrukturisasi, pembayaran pokok ditunda tapi demand kredit belum mampu mengimbangi pertumbuhan dana masyarakat," ujar Sunarso dalam Public Expose (Pubex) secara daring di Jakarta (27/8/2020).

Selain itu, Sunarso juga mengungkapkan bahwa kinerja BRI mampu tetap tumbuh di tengah upaya upaya perseroan melakukan penyelamatan terhadap pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terdampak pandemi.

"BRI telah secara masif melakukan upaya penyelamatan UMKM terdampak Covid-19 melalui restrukturisasi kredit dengan nilai Rp 183,7 triliun kepada lebih dari 2,9 juta debitur. Selanjutnya kami fokus untuk mendukung pemulihan bisnis nasabah baik melalui dukungan modal kerja, layanan dan produk yang inovatif maupun melalui akselerasi implementasi program PEN seperti subsidi bunga, penjaminan kredit dan penyaluran banpres produktif untuk pelaku usaha mikro (BPUM), dimana posisi BRI terdepan, hal ini tidak terlepas dari kesiapan infastruktur baik people dan system. Sehingga meskipun saat ini fokus BRI melakukan penyelamatan UMKM, bisnis BRI mampu tetap tumbuh," ujar Sunarso.

Sunarso juga menambahkan, di tengah kondisi yang sangat menantang ini strategi BRI tetap diarahkan untuk mewujudkan visi perusahaan di tahun 2022 yaitu menjadi "The Most Valuable Bank di Asia Tenggara dan Home to The Best Talent".

"Untuk mencapai visi tersebut, sejak tahun 2016, kami telah memulai proses transformasi yang kami namakan BRIVolution yang berorientasi pada transformasi digital dan culture dengan fokus pertumbuhan pada segmen mikro, kecil dan konsumer peningkatan profitabilitas pada segmen korporasi serta peningkatan sinergi Perusahaan Anak yang tergabung dalam BRI Group," urainya.

Dalam acara yang juga dihadiri oleh Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo dan Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto tersebut juga disampaikan bahwa kinerja dan strategi BRI telah diapresiasi oleh investor, khususnya retail domestik. Sebagai buktinya, selama dua tahun terakhir investor ritel BBRI tumbuh secara signifikan hingga enam kali lipat.

Sampai dengan saat ini, BBRI konsisten mampu memberikan value bagi pemegang saham. Sejak IPO di tahun 2003, harga saham BRI telah memberikan total return kepada pemegang saham sebesar 69 kali.

"Sudah menjadi tugas saya sebagai CEO BRI untuk terus meng-create dan men-deliver value secara sustain bagi nasabah, pemegang saham, dan masyarakat dengan tetap fokus di segmen UMKM khususnya mikro, Go Smaller, Go Shorter dan Go Faster tentunya melalui digitalisasi," pungkas Sunarso.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Ini Strategi BRI Jaga Likuiditas di Tengah Pandemi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular