
Ada Sinyal Kuat, Rupiah Bisa Jadi Juara Asia 4 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil menguat 0,2% melawan dolar AS ke Rp 14.640/US$ Selasa kemarin, menandai kenaikan dalam 3 hari beruntun, sekaligus menjadi juara Asia pada periode yang sama.
Sentimen pelaku pasar yang membaik menjadi tenaga tambahan bagi rupiah untuk terus melaju, setelah mendapat momentum penguatan dari menipisnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD serta Bank Indonesia yang memberikan sinyal tidak akan memangkas suku bunga lagi.
Membaiknya sentimen pelaku pasar tercermin dari penguatan bursa saham global, hal ini dipicu oleh bursa saham AS (Wall Street) yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di hari Senin waktu setempat. Selasa kemarin, indeks S&P 500 dan Nasdaq kembali mencetak rekor tertinggi, yang menjadi indikasi sentimen pelaku pasar masih bagus, dan berpeluang membawa rupiah menguat 4 hari beruntun pada perdagangan Rabu (26/8/2020).
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR semakin menjauh ke di bawah US$ 14.730/US$. Sehingga risiko rupiah merosot ke Rp 15.135/US$ semakin mengecil, bahkan berpeluang menguat lebih jauh.
Rupiah berada dalam fase konsolidasi dalam beberapa pekan terakhir, sebelum akhirnya menembus batas atas fase tersebut di Rp 14.730/US$.
Fase konsolidasi artinya suatu instrument bolak-balik naik turun dalam rentang tertentu. Pada satu titik fase ini akan memicu "ledakan" alias pergerakan besar ketika batas atas atau bawah dilewati.
Dalam kasus USD/IDR, batas atas seperti yang disebutkan sebelumnya berada di level US$ 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Sementara batas bawah fase konsolidasi berada di level Rp 14.325/US$.
Jarak antara batas bawah hingga ke batas atas sebesar Rp 405, artinya target pergerakan rupiah setelah menembus salah satu batas sebesar Rp 405.
Sehingga, saat batas atas yang dilewati, maka rupiah berisiko melemah ke Rp 15.135/US$. Tetapi, risiko tersebut berhasil diredam sejak rupiah kembali ke bawah Rp 14.730/US$ di hari Senin.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator stochastic sudah keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai overbought, terbuka peluang penguatan.
Selama tertahan di bawah Rp 14.730/US$, rupiah berpeluang menguat hingga ke Rp 14.450/US$ di pekan ini. Tetapi jika kembali ke atas level tersebut, risiko rupiah ke Rp 15.135/US$ kembali muncul.
Support terdekat berada di Rp 14.590/US$, jika berhasil dilewati, rupiah berpeluang menguji kembali level Rp 14.550/US$.
Sementara Rp 14.700/US$ menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah kembali ke RP 14.730/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
