
Minus Rupiah, Hanya 3 Mata Uang yang Perkasa Lawan Dolar AS

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri libur cuti bersama pada Jumat (21/8/2020), praktis rupiah tak bertanding melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Saat rupiah absen, dolar AS sedang berjaya di Asia. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning dibuat melemah. Hingga pukul 17:40 WIB, hanya ada 3 mata uang yang menguat melawan dolar AS, rupee India menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,1%, disusul yen Jepang 0,09%, dan dolar Taiwan 0,04%. Sementara mata uang lainnya, KO.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Baht Thailand menjadi mata uang dengan kinerja terburuk dengan pelemahan 0,45%, disusul won Korea Selatan 0,4% dan ringgit Malaysia 0,19%.
Dolar AS memang sedang perkasa pada hari ini, terlihat dari indeksnya yang menguat cukup tajam, 0,47%, ke 93,229. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini semakin menjauhi level terendah sejak Mei 2018 92,127 yang disentuh pada Selasa lalu.
Meski demikian, kondisi dolar AS sebenarnya masih kurang bagus. Pembahasan stimulus fiskal yang kembali macet di Kongres (Parlemen) AS, tanpa stimulus tambahan, pemulihan ekonomi AS tentunya akan berjalan lebih lambat lagi.
"Dolar AS membutuhkan kabar positif dari pembahasan stimulus. Pasti akan ada kesepakatan, karena para politikus tidak mungkin kembali ke konstituen mereka dengan tangan hampa. Ketika itu terjadi, maka dolar AS akan punya momentum untuk menguat terhadap mata uang lain," jelas Masafumi.
Masalahnya, hingga saat ini pembahasan stimulus fiskal masih macet. Kemudian, rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) yang dirilis Kamis dini hari menunjukkan para anggota dewan memperingatkan pemulihan pasar tenaga kerja mulai melambat.
Peringatan tersebut langsung tercermin dari klaim tunjangan pengangguran AS yang melonjak.
Departemen Tenaga Kerja AS kemarin malam melaporkan jumlah sepanjang pekan lalu, klaim tunjangan penganguran AS bertambah sebanyak 1,106 juta orang, lebih tinggi dari pekan sebelumnya 971 ribu klaim.
Kombinasi akan pemulihan ekonomi AS, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) The Fed membuat dolar AS diprediksi terus tertekan dalam beberapa pekan ke depan.
"Sentimen terhadap dolar AS masih lemah, merefleksikan QE dan penurunan yield di AS," kata Tsutoma Soma, trader di Monex Securities, sebagaimana dilansir CNBC International.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$