
Harga Anjlok Parah, Nasib Batu Bara Semakin 'Hitam Legam'

Jakarta, CNBC Indonesia - Turun terus tak berujung! Begitulah nasib harga batu bara termal acuan Newcastle yang kemarin ditutup anjlok dan kembali menuju level terendahnya dalam empat tahun terakhir.
Kamis (20/8/2020) harga batu bara untuk kontrak yang aktif diperdagangkan kembali mengalami penurunan sebesar 0,8% ke US$ 50/ton. Harga ini sudah turun ke level terendah sebelumnya di US$ 50,05/ton pada 12 Agustus lalu.
Sejengkal lagi harga batu legam sudah turun ke level terendahnya selama empat tahun terakhir yakni pada Januari 2016 silam di harga US$ 49,75/ton. Harga batu legam sendiri sudah turun 57,61% sejak anjlok dari level tertingginya di harga US$ 117,95/ton Juli 2018 lalu.
Penurunan harga batu bara juga tak terlepas dari fundamental pasar yang rapuh baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Dari sisi demand, potensi penurunan permintaan batu bara impor lintas laut (seaborne) dari India membuat harga tertekan.
Perusahaan listrik BUMN asal India yakni NTPC dikabarkan tak akan mengimpor batu bara mengingat konsumsi listrik di negara pengimpor batu bara terbesar setelah China itu drop akibat merebaknya pandemi Covid-19.
Kemungkinan pembatasan impor oleh India memang tak bisa terelakkan. Sebab, pemerintah setempat akan cenderung mendorong industri pertambangan batu bara domestik terlebih dahulu dalam rangka pemulihan ekonomi.
Di sisi lain China juga kemungkinan akan membatasi impor batu baranya mengingat mulai ada penurunan harga batu bara domestik. Sebagai dua negara konsumen batu bara terbesar di dunia, penurunan permintaan asal negara-negara ini jelas menjadi tekanan tersendiri untuk harga si batu hitam.
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article April 2020, HBA Anjlok ke Level USD 65,77