Kata Lo Kheng Hong Saham Grup MNC Murah, Cek Dulu Fakta Ini!

Tri Putra, CNBC Indonesia
19 August 2020 12:53
Hary Tanoe & Lo Kheng Hong/Istimewa
Foto: Hary Tanoe & Lo Kheng Hong/Istimewa

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kawakan Lo Kheng Hong baru saja mengungkapkan alasannya melakukan pembelian di saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR), induk usaha bisnis media dari Grup MNC yang dikendalikan oleh taipan Hary Tanoesoedibjo.

BMTR adalah induk usaha dari PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT MNC Vision Networks Tbk. (IPTV). Sementara MNCN membawahi beberapa lini bisnis media seperti stasiun televisi (RCTI, iNews, MNC TV), radio, hingga media cetak.

"BMTR perusahaan yang bagus, di tengah Pandemi masih bisa membukukan laba Rp 551 miliar," kata Lo Kheng Hong yang juga memegang saham PT Petrosea Tbk (PTRO) ini, kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/8/2020).

"Valuasi [BMTR] juga murah," jelasnya.

Diketahui Lo Kheng Hong dikenal sebagai salah satu investor bertipe value investing (berbasis nilai) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sukses. Bahkan dia dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia karena sudah meraup untung dengan memilih saham-saham dengan fundamental baik dan valuasi yang murah.

Namun apakah benar saham induk usaha MNC Grup ini sudah murah seperti yang dikatakan oleh Lo Kheng Hong ?

Well, untuk saham BMTR, apabila menilik perbandingan nilai buku dengan harga sahamnya alias Price to Book Value (PBV), harga saham BMTR memang tergolong masih murah yakni sebesar 0,41 kali berada di bawah rata-rata industri media yang memiliki PBV sebesar 1,1 kali.

Akan tetapi usut punya usut ternyata BMTR memiliki intangible asset yang lumayan besar.

Hal ini wajar karena BMTR sendiri adalah induk perusahaan media Grup MNC. Intangible asset sendiri adalah asset dimana apabila perusahaan tersebut kolaps asset ini tidak bisa diuangkan secara langsung, aset ini biasanya berupa hak siar, hak merk, hak cipta, paten, keunggulan teknologi, goodwill dan lainnya.

Jika menggunakan price to tangible book value, valuasi BMTR ada di angka 0,55 kali.

Selanjutnya untuk rasio Price Earnings Ratio (PER), rasio yang membandingkan laba bersih perusahaan dalam setahun dibandingkan dengan harga pasarnya, maka PER BMTR berada di kisaran 4,4 kali, sedikit berada di bawah rata-rata industri media yakni PER di angka 4,6 kali.

Akan tetapi yang menjadi daya tarik saham BMTR adalah kemampuan bertumbuhnya. Salah satu industri yang pertumbuhannya cukup lambat adalah industri media.

Sebab apabila ingin berekspansi, induk media tersebut harus siap mencaplok perusahaan media lain atau mendirikan perusahaan media baru. Hal ini karena ruang pertumbuhan perusahaan media existing dengan cara menambah rubrik bacaan atau program TV baru sangatlah terbatas, di tengah persaingan perusahaan media untuk mendapatkan presentase perhatian konsumer yang tentu saja, waktu untuk menonton atau membaca media terbatas per-harinya.

Analisis ini diperkuat dengan data Refinitiv bahwa rata-rata pertumbuhan pendapatan media yang tergolong sangat kecil yakni hanya 1,1% saja selama 5 tahun terakhir.

Akan tetapi ternyata BMTR unggul di sini. Selama 5 tahun terakhir pendapatan BMTR berhasil tumbuh sampai dengan 4% per tahun.

Maka apabila menggunakan metode valuasi PBV, PER, dan melihat pertumbuhan perusahaan, bisa dikatakan saham BMTR memang lebih murah ketimbang saham-saham di perusahaan industri media lainnya.

Tapi bagaimanakah dengan valuasi anak usahanya yang lebih terkenal yakni MNCN yang menjadi anggota indeks LQ45 yakni indeks dengan konstituen saham yang memiliki likuiditas perdagangan yang mumpuni dan kinerja perusahaan yang baik.

Apabila menggunakan metode valuasi PBV-nya maka bisa dikatakan harga MNCN sekarang tergolong wajar sebab PBV MNCN berada di kisaran 1,04 kali sehingga hanya sedikit lebih murah daripada rata-rata industri media yang memiliki PBV sebesar 1,1 kali.

Bahkan apabila valuasi dilakukan dengan metode PER, maka bisa dikatakan MNCN memiliki valuasi lebih mahal dibanding dengan perusahaan media lain, dengan PER MNCN berada di angka 6,83 kali, lebih tinggi daripada rata-rata industri media di angka 4,6 kali.

Akan tetapi, lagi-lagi daya tarik saham MNCN muncul di kemampuan pertumbuhan laba perusahaan selama 5 tahun terakhir yang bahkan berhasil tumbuh lebih tinggi dibanding induk usahanya.

MNCN berhasil tumbuh 4,4% per tahun, jauh di atas pertumbuhan rata-rata laba di industri media yang hanya berada di kisaran 1,1%.

Hmm...jadi benar nih analisis Lo Kheng Hong?

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular