Data Tenaga Kerja Positif, Wall Street Malah Dibuka Variatif

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 August 2020 20:50
Trader Gregory Rowe, right, works on the floor of the New York Stock Exchange, Wednesday, Dec. 11, 2019. Stocks are opening mixed on Wall Street following news reports that US President Donald Trump might delay a tariff hike on Chinese goods set to go into effect this weekend. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka variatif pada perdagangan Kamis (13/8/2020), meski data tenaga kerja terbaru menunjukkan kondisi yang lebih baik.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 105 poin (-0,4%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan 15 menit membaik jadi minus 79,24 poin (-0,28%) ke 27.897,6. Nasdaq menguat 55,96 poin (+0,51%) ke 11.068,2 sedangkan S&P 500 melemah 1,08 poin (-0,03%) ke 3.379,27.

"Bahkan jika S&P 500 gagal menembus rekor Februari dalam jangka pendek, enam bulan terakhir telah historis, Pertanyaannya adalah ke mana kita melangkah setelah ini?" tutur Ed Clissold, kepala perencana investasi Ned Davis Research, sebagaimana dikutip CNBC Indonesia,

Data klaim pengangguran AS jatuh ke level 963,000, sebagaimana dilaporkan Departemen Tenaga Kerja, atau jauh lebih baik dari estimasi Dow Jones sebesar 1,1 juta, Ini juga menjadi yang pertama sejak Maret bahwa angka klaim pengangguran berada di bawah level 1 juta,

Pekan sebelumnya, pemerintah menyebutkan angka klaim baru pengangguran mencapai 1,18 juta untuk pekan yang berakhir pada 11 Agustus, menjadi pekan yang ke-20 bahwa klaim mencapai di atas angka 1 juta,

Investor terus memantau perkembangan di Washington, terkait pembahasan stimulus pandemi, Meski Ketua Senat Mitch McConnell dan Ketua DPR Nancy Pelosi sama-sama menegaskan bahwa kesepakatan masih belum terlihat, investor berpendapat lain,

"Pasar masih ingin dan sangat berharap bahwa stimulus bisa diteken," tutur Tom Essaye, pendiri Sevens Report, sebagaimana dikutip CNBC International, "Ke depan, negosiasi akan berlanjut, tetapi perintah eksekutif sepertinya mengurangi urgensi untuk dicapainya sesuatu,"

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular