Analisis Teknikal

Hati-hati Rupiah! Indeks Dolar AS Mulai Bangkit dari 'Kubur'

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 August 2020 08:33
Many bundles of US dollars bank notes
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.590/US$ pada perdagangan Senin kemarin. Tekanan bagi rupiah masih belum akan mereda pada hari ini melihat indeks dolar AS yang mulai "bangkit dari kubur", naik dari level terendah lebih dari 2 tahun terakhir.

Dalam 2 hari terakhir, indeks dolar menguat 0,86%, sementara pagi ini sudah naik 0,13% ke 93,703. Indeks ini merupakan tolak ukur kekuatan dolar AS, kala bergerak menguat maka mata uang lainnya berisiko tertekan.

Penguatan indeks dolar dimulai pada Jumat pekan lalu setelah rilis data tenaga kerja AS yang apik. Salah satu data yang bagus yakni rata-rata upah per jam juga mengalami kenaikan 0,2% di bulan Juli setelah menurun dalam 2 bulan beruntun.

Kembali naiknya rata-rata upah dapat meningkatkan belanja rumah tangga yang merupakan tulang punggung perekonomian AS. Belanja rumah tangga berkontribusi sekitar 70% terhadap produk domestic bruto (PDB) AS.

Ditambah lagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani empat perintah eksekutif pada Sabtu (8/8/2020) waktu setempat atau Minggu (9/8/2020) WIB. Salah satu dari empat perintah eksekutif itu berisi bantuan langsung kepada pengangguran senilai US$ 400 per pekan.

Bantuan senilai US$ 400 per pekan tersebut tentunya akan meningkatkan daya beli warga AS, yang berpotensi memberikan dampak signifikan ke PDB.

Secara teknikal, meski rupiah yang disimbolkan USD/IDR melemah pada pekan lalu, tetapi masih berada dalam fase konsolidasi sejak 2 pekan terkahir. Fase konsolidasi artinya suatu instrument bolak balik naik turun dalam rentang tertentu. Pada satu titik fase ini akan memicu "ledakan" alias pergerakan besar.

Posisi penutupan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020) tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.

Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.

Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah.
Munculnya Doji menjadi indikasi suatu instrument akan memasuki fase konsolidasi.

Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini sampai akhirnya salah satu level tersebut dilewati.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Jarak antara batas bawah hingga ke batas atas sebesar Rp 405, artinya target pergerakan rupiah setelah menembus salah satu batas sebesar Rp 405. Seandaianya batas atas yang dilewati, maka rupiah berisiko melemah ke Rp 15.135/US$, sebaliknya jika batas bawah yang ditembus maka rupiah berpotensi menguat ke Rp 13.920/US$.

Untuk hari ini, support terdekat berada di kisaran Rp 14.550/US, jika mampu dilewati rupiah berpeluang menuju Rp 14.510/US$. Support selanjutnya di Rp 14.450/US$

Resisten terdekat berada di kisaran US$ 14.600/US$, jika dilewati rupiah berisiko melemah ke Rp 14.660/US$, sebelum menuju batas atas fase konsolidasi Rp 14.730/US$.

Untuk jangka lebih panjang, batas atas Rp 14.730/US$ akan menjadi kunci pergerakan, level tersebut merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih cenderung akan menguat.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular