Cadev RI Cetak Rekor, Rupiah Kok Tetap Melempem?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 August 2020 13:24
valas
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih melemah hingga tengah hari Jumat (7/8/2020), padahal di pembukaan perdagangan menguat lumayan besar. Data cadangan devisa Indonesia yang mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah belum mampu membawa rupiah kembali ke zona hijau.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan pasar spot dengan menguat 0,21% ke Rp 14.550/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah semakin besar 0,45% ke Rp 14.645/US$, yang menjadi level terlemah intraday.

Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di level Rp 14.600/US$, melemah 0,14%.

Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar US$ 135,1 miliar. Melonjak tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 131,7 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa sebelumnya adalah US$ 132 miliar yang terjadi pada Januari 2018.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (7/8/2020).

Pada Maret lalu, cadangan devisa Indonesia tergerus US$ 9,4 miliar hingga posisi akhir Maret berada di US$ 121 miliar, yang merupakan level terendah sejak Mei 2019.

Saat itu, nilai tukar rupiah mengalami gejolak hebat, ambrol hingga ke Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Sehingga kebutuhan melakukan intervensi menstabilkan rupiah menjadi sangat besar, cadev pun akhirnya tergerus.

Selepas Maret, badai berlalu, rupiah mulai stabil bahkan malah menguat, sehingga kebutuhan intervensi menjadi minim, cadangan devisa jadi terus menanjak. Jika melihat posisi akhir Maret hingga Juli, cadev Indonesia mencatat kenaikan US$ 14,1 miliar.

Cadev yang besar tentunya menambah amunisi BI untuk menstabilkan rupiah jika terjadi gejolak. Stabilitas rupiah tentunya membuat investor lebih nyaman berinvestasi. 

Sayangnya rekor cadev tersebut belum mampu mendongkrak kinerja Mata Uang Garuda.

Dolar AS yang sedang bangkit hari ini membuat rupiah tertekan. Membaiknya pasar tenaga kerja AS menjadi pemicu penguatan dalar selain juga faktor teknikal.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin malam melaporkan klaim tunjangan pengangguran turun 249.000 menjadi 1,186 juta pada pekan lalu. Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan proyeksi klaim tunjangan pengangguran sebanyak 1,415 juta.

Jumlah klaim tunjangan pengangguran alias unemployment benefits kini berada di posisi terendah sejak pertengahan Maret. Data ini menunjukkan perlahan tetapi pasti, warga Negeri Adidaya sudah kembali bekerja.

Penguatan dolar AS hari ini terlihat dari indeksnya yang naik 0,31% ke 93,080. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut menyentuh level 92,521, teredah dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Posisi yang rendah memicu koreksi teknikal, ditambang dengan setelah rilis data unemployment benefits membuat posisinya membaik, menutup hari Kamis di di 92,788, dan lanjut menguat hingga tengah hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular