
Ekonomi Jerman Bangkit, Kurs Euro Naik ke Atas Rp 17.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (6/8/2020), tetapi melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tanda-tanda kebangkitan ekonomi Jerman membuat mata uang 19 negara ini terus bergerak naik hingga ke atas Rp 17.000/EUR.
Melansir data Refinitiv, euro hari ini menguat 0,23% ke Rp 17.262,72/EUR. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 9 April lalu. Sementara itu melawan dolar AS, euro melemah 0,19% ke US$ 1,1839 pada pukul 18:15 WIB, tetapi pelemahan tersebut akibat aksi ambil untung mengingat siang tadi menguat 0,46% ke US$ 1,1915 yang merupakan level tertinggi 2 tahun.
Biro Statistik Jerman, Destatis, siang tadi melaporkan pesanan pabrik Jerman melesat naik 27,9% month-on-month (MoM) di bulan Juni. Di bulan Mei, pesanan juga naik 10,4% setelah terkontraksi 3 bulan beruntun. Di bulan April, pesanan pabrik bahkan minus 25,8%.
Kenaikan dalam 2 bulan beruntun tersebut menjadi sinyal kebangkitan ekonomi setelah memasuki resesi.
Pemerintah Jerman pada pekan lalu melaporkan data produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2020 yang mengalami kontraksi 11,7% year-on-year (YoY), sementara di kuartal sebelumnya -2,3 YoY. Negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa ini akhirnya "disahkan" mengalami resesi.
Meski demikian, kurs euro tetap saja perkasa. Sepanjang bulan Juli menguat 4,83% melawan dolar AS dan 7,45% melawan rupiah.
Penguatan tersebut dipicu oleh tanda-tanda pemulihan ekonomi di zona euro, yang terlihat dari data aktivitas bisnis (manufaktur dan jasa) bulan Juli yang kembali berekspansi. Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa di zona euro, semuanya di atas 50.
PMI dari Markit menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi, di bawah berarti kontraksi.
Dengan rilis semua di atas 50, artinya roda bisnis manufaktur dan jasa di zona euro sudah kembali berputar, sehingga perekonomian bisa segera bangkit kembali.
Selain itu, pemerintah Eropa 2 pekan lalu yang menyepakati stimulus fiskal senilai 750 miliar. Dengan demikian, dana yang digelontorkan guna memulihkan perekonomian yang merosot ke jurang resesi akibat Covid-19 semakin besar.
Pada bulan lalu, bank sentral Eropa (European Central Bank. ECB) yang dipimpin Christine Lagarde ini menambah nilai stimulus yang disebut Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP) senilai 600 miliar euro, sehingga totalnya menjadi 1,35 miliar euro. Stimulus dengan pembelian surat berharga tersebut akan digelontorkan hingga Juni 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
