
Sang Raksasa Bangkit & Mood Membaik, Rupiah Apa Kabar?

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah melemah 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.570/US$ awal pekan kemarin. Isu resesi masih menjadi penekan utama rupiah jelang rilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia Rabu besok.
Selain isu resesi tersebut bangkitnya sang raksasa, dollar AS, dari tekanan juga menjadi salah satu faktor yang menekan rupiah dan masih akan mempengaruhi pergerakan hari ini, Selasa (4/8/2020).
Sang raksasa terpukul hebat, sepanjang bulan Juli indeks dolar AS merosot 4,15%, menjadi persentase penurunan terburuk dalam 10 tahun terakhir tepatnya sejak September 2010 ketika ambles 5,39%. Indeks ini juga menyentuh level terlemah dalam 2 tahun terakhir pada Jumat pekan lalu, sebelum akhirnya bangkit akibat faktor teknikal. Kebangkitan tersebut berlanjut Senin kemarin, di saat yang sama rupiah melemah 2 hari beruntun.
Berlanjutnya penguatan indeks dolar AS tentunya memberikan tekanan lagi bagi rupiah. Tetapi di sisi lain, rupiah mendapat sentimen positif dari membaiknya mood pelaku pasar, tercermin dari penguatan bursa saham AS (Wall Street) di perdagangan Senin.
Sentimen pelaku pasar yang membaik menjadi "bahan bakar" bagi rupiah untuk menguat.
Secara teknikal, rupiah masih dalam fase konsolidasi sejak pekan lalu. Posisi penutupan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020) tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.
Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.
Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah. Pergerakan rupiah Selasa kemarin yang sempat melemah dan berakhir menguat tipis menjadi indikasi keraguan pasar.
Munculnya Doji menjadi indikasi suatu instrument akan memasuki fase konsolidasi.
Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini, bahkan ada kemungkinan sampai pekan depan.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator stochastic bergerak turun tetapi masih belum masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai oversold, rupiah punya peluang berisiko berbalik melemah.
Artinya, jika belum mencapai oversold, rupiah punya peluang untuk menguat. Support terdekat berada di kisaran Rp 14.510/US, jika mampu dilewati rupiah berpeluang menuju Rp 14.450/US$.
Resisten terdekat berada di kisaran US$ 14.600/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.660/US$.
Arah pergerakan selanjutnya akan ditentukan apakah rupiah mampu menembus batas bawah fase konsolidasi sehingga akan menguat lebih lanjut, atau sebaliknya batas atas Rp 14.730/US$ yang akan dilewati sehingga risiko pelemahan semakin membesar.
Batas atas tersebut juga merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih berpeluang menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
