Harga Batu Bara Terus Bergerak Turun, Tanda Apa?

Tri Putra, CNBC Indonesia
02 August 2020 13:55
eskcavator dan batu bara
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bergerak turun sepanjang bulan ini. Harga batu bara semakin menjauhi dan semakin sulit untuk menembus level psikologisnya di US$ 60/ton.

Selama bulan ini, harga acuan batu bara kontrak berjangka di bursa ICE Newcastle (Australia) turun 1,31% ke angka US$ 52,70/ton. Koreksi tipis ini menandakan indikasi harga batu bara sedang masuk masa konsolidasi. 

Lonjakan kasus baru infeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di India jadi salah satu pemicu terkoreksinya harga batu bara. Diketahui India adalah negara konsumen batu bara terbesar kedua setelah China

Kini India telah menjadi negara dengan jumlah kasus covid-19 terbanyak ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dan Brazil. Mengacu data Worldometers jumlah terinfeksi Covid-19 di India mencapai 1,75 juta lebih orang, dengan angka kematian sebanyak 37 ribu lebih korban jiwa.

Pandemi Covid-19 tersebut telah membuat impor batu bara termal di dua belas pelabuhan utama India menurun 35% menjadi 17,71 juta ton pada kuartal pertama tahun fiskal India saat ini (April hingga Juni), menurut Asosiasi Pelabuhan India (IPA).

Beralih ke Eropa, konsumsi batu bara masih cenderung rendah secara musiman untuk sisa tahun ini, kecuali terjadi pemulihan permintaan energi atau harga gas yang signifikan. Efisiensi tinggi pembangkit listrik tenaga batu bara Jerman tidak kompetitif dengan pembangkit berbahan bakar gas.

Berdasarkan harga gas dan batu bara Uni Eropa baru-baru ini, peralihan bahan bakar batu bara ke gas akan menjadi faktor pembatas untuk permintaan batu bara dalam jangka menengah.

"Kami tidak mengharapkan harga rata-rata lebih tinggi pada 2020 dibandingkan dengan 2019 karena permintaan global secara keseluruhan akan tetap lemah, sementara produksi global tetap kuat," kata Fitch Solutions, seperti diwartakan Reuters.

"Defisit pasokan batu bara global akan berkurang menjadi 535 juta ton tahun ini dari 587 juta ton tahun lalu," tambah Fitch Solutions. Beberapa pabrik dan tambang batu bara menjadi tak menguntungkan karena lemahnya permintaan dan anjloknya harga tahun ini.

Bulan Juli memang belum bersahabat bagi Batu Legam, bahkan ke depannya Asosiasi Industri Batu Bara China, CCTD meramalkan suplai batu bara domestik China pada Semester II-2020 akan melebihi permintaannya karena tingkat produksi batu bara yang naik setelah China pulih dari Covid-19.

CCTD meramalkan output produksi Batu Hitam akan naik ke atas angka 3,9 miliar ton tahun ini. Impor batu bara China sendiri akan turun semester depan karena kuota impor sudah habis akan tetapi produksi domestik akan cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Perekonomian China yang kembali bangkit juga diharapkan dapat meningkatkan permintaan terutama di sektor infrastruktur dan perumahan. CCTD juga meramalkan permintaan batu bara akan meningkat pada semester kedua meskipun peningkatannya tidak sebanyak peningkatan penawaran.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article April 2020, HBA Anjlok ke Level USD 65,77

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular