
Penganguran AS Naik Lagi, Ekonomi AS Bisa Makin Hancur?

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) resmi mengalami resesi di pekan ini, data yang dirilis Kamis (30/7/2020) menunjukkan produk domestik bruto (PDB) di kuartal II-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 32,9% secara quarterly annualized atau kuartalan yang disetahunkan (dikali 4). Tidak hanya resesi, perekonomian AS bisa dikatakan hancur lebur mengingat kontraksi di kuartal II tersebut merupakan yang paling parah sepanjang sejarah AS.
Di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5% (quarterly annualized), sehingga sah mengalami resesi.
Bukan kali ini saja AS mengalami resesi, melansir Investopedia, AS sudah mengalami 33 kali resesi sejak tahun 1854. Sementara jika dilihat sejak tahun 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi, termasuk yang terjadi saat krisis finansial global 2008. Artinya, resesi kali ini akan menjadi yang ke-34 bagi AS.
Kabar kurang bagus lainnya datang dari pasar tenaga kerja AS. Departemen Tenaga Kerja melaporkan jumlah klaim tunjangan pengangguran naik dalam 2 pekan beruntun. Data yang dirilis bersamaan dengan data PDB menunjukkan sepanjang pekan lalu jumlah klaim tunjangan pengangguran bertambah sebanyak 1,434 juta orang, dari pekan sebelumnya sebanyak 1,422 juta klaim.
Tiga pekan lalu, klaim tersebut berada di level terendah 4 bulan, semakin menurun dari rekor terbanyak sepanjang masa 6,867 juta klaim di pekan yang berakhir 28 Maret.
Naiknya klaim pengangguran dalam 2 pekan beruntun tersebut tentunya menjadi kabar buruk di tengah upaya pemerintah AS membangkitkan perekonomian.
Apalagi, kenaikan terbesar terjadi di Negara Bagian California yang mengalami lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19). California kembali menerapkan lockdown sejak awal Juli lalu yang membuat jumlah klaim tunjangan pengangguran kembali meningkat.
Jumlah klaim di California sepanjang pekan lalu dilaporkan sebanyak 349.007 klaim.
Berdasarkan data Worldometer, jumlah kasus Covid-19 di AS kini lebih dari 4,6 juta orang. Di California sendiri jumlah kasusnya nyaris 490 ribu orang dan dalam tren menanjak.
Kenaikan klaim tunjangan pengangguran juga mengancam mengakhiri tren apik pasar tenaga kerja AS dalam 2 bulan terakhir. Pada bulan Mei, perekonomian AS mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2,699 juta orang di luar sektor pertanian atau yang dikenal dengan non-farm payrolls. Di bulan Juni tren tersebut semakin baik, bertambah nyaris 2 kali lipat sebanyak 4,8 juta orang.
Saat tenaga kerja berhasil diserap kembali, tingkat pengangguran tentunya juga menurun. Di bulan April, tingkat pengangguran AS mencapai rekor tertinggi sepanjang masa 14,7%, dua bulan setelahnya menurun menjadi 13,3% di bukan Mei dan 11,1% di bulan Juni.
Penyerapan tenaga kerja, dan penurunan tingkat pengangguran sejalan dengan turunnya jumlah klaim pengangguran.
Oleh karena itu, ketika klaim tunjangan pengangguran mingguan kembali naik, ada indikasi pasar tenaga kerja memburuk yang dapat menghambat pemulihan perekonomian AS dari resesi.
Pemulihan ekonomi AS sebenarnya sudah dimulai sejak bulan Mei, tetapi di kuartal II-2020 tetap saja mengalami kontraksi terdalam sepanjang sejarah. Sehingga tidak menutup kemungkinan perekonomian AS akan makin hancur lebur jika terus terjadi lonjakan kasus di kuartal III-2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Singapura Resesi, Kandidat Berikut: Amerika Serikat!