AS Sah Resesi! Jika Pasar Buka Rupiah Terbang Atau Tumbang?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 July 2020 08:51
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,41% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.530/US$ Kamis kemarin. Rupiah pun mengakhiri rentetan penguatan di angka 7 hari perdagangan beruntun. Pasar dalam negeri hari ini, Jumat (31/7/2020) libur Hari Raya Idul Adha, tapi seandainya buka, apakah rupiah bisa terbang atau tumbang?

Isu resesi masih menjadi penggerak utama hari ini, kemarin malam Amerika Serikat, negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, resmi mengalami resesi.

Produk domestik bruto (PDB) AS di kuartal II-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 32,9%. Kontraksi tersebut menjadi yang paling parah sepanjang sejarah AS. Di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sehingga sah mengalami resesi.

Bukan kali ini saja AS mengalami resesi, melansir Investopedia, AS sudah mengalami 33 kali resesi sejak tahun 1854. Sementara jika dilihat sejak tahun 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi, termasuk yang terjadi saat krisis finansial global 2008.

Artinya, resesi kali ini akan menjadi yang ke-34 bagi AS.

AS bahkan pernah mengalami yang lebih parah dari resesi, yakni Depresi Besar (Great Depression) atau resesi yang berlangsung selama 1 dekade, pada tahun 1930an. Tetapi kontraksi ekonominya tidak sedalam di kuartal II-2020.

Merespon data tersebut, indeks dolar AS kembali ambrol, pagi ini bahkan berada di level 92,828, terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir, tepatnya sejak Mei 2018.

Ambrolnya indeks dolar tidak serta merta membuat rupiah mampu menguat pada perdagangan hari ini, seandainya tidak libur. Hal ini terlihat dari kurs Non-Deliverable Forward (NDF) yang mayoritas menguat tipis pagi ini dibandingkan dengan menjelang penutupan perdagangan kemarin.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Penguatan tipis kurs NDF menunjukkan rupiah masih belum tentu akan menguat jika pasar hari ini buka. Bahkan ada kemungkinan akan mengalami pelemahan.

Sebelum AS, negara di Asia seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, dan negara Eropa seperti Jerman sudah mengalami resesi. Indonesia juga tak lepas dari kemerosotan ekonomi tersebut.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%. Jika di kuartal III-2020 juga mengalami kontraksi, maka Indonesia akan mengalami resesi.

Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020. Laporan itu diberi judul The Long Road to Recovery.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia

Di saat yang sama pada sore hari, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memperpanjang pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi selama 14 hari, akibat penyebaran kasus penyakit virus corona yang masih cukup tinggi.

Hari ini, Gubernur Anies kembali memperpanjang PSBB selama 2 pekan hingga 13 Agustus mendatang. PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama.

Dengan demikian, separuh kuartal III-2020 masih terjadi PSBB transisi, artinya masih belum semua sektor ekonomi yang dibuka, maka ada risiko pertumbuhan ekonomi minus, seperti yang diramal oleh Bank Dunia. Maklum saja, DKI Jakarta berkontribusi sebesar 29% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional di tahun 2019.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular