Analisis Teknikal

Wall Street Anjlok, IHSG Hari Ini Berpotensi Masuk Zona Merah

Haryanto, CNBC Indonesia
24 July 2020 08:25
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir pekan ini berpotensi masuk zona merah mengikuti koreksi di bursa Amerika Serikat (AS) setelah laporan data klaim pengangguran AS melonjak menjadi 1,416 juta.

Sebelumnya, pada perdagangan Kamis kemarin (23/7/2020) IHSG ditutup ceria ke level 5.145,01 yang naik 34,82 poin atau sebesar 0,68%. Euforia vaksin Covid-19 menjadi penopang IHSG untuk bisa melenggang ke zona hijau kemarin.

Kabar vaksin Covid-19 Sinovac dan beberapa kandidat vaksin lainnya mampu menepis kekhawatiran tensi perang dingin antara AS-China setelah AS meminta Beijing menutup kantor konsulat diplomatiknya di Houston.

Semakin cepat vaksin diproduksi, maka semakin cepat pula roda perekonomian kembali berputar, sehingga pelaku pasar lebih optimistis dan mau mengalirkan dananya ke pasar keuangan, termasuk ke aset berisiko seperti saham.

Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan kemarin nilai transaksi mencapai Rp 9,28 triliun, investor asing masih mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp 164,03 miliar di semua pasar.

Sementara itu, volume transaksi tercatat 11,98 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 772.358 kali transaksi. Ada 229 saham yang naik, sementara yang turun sebanyak 187 saham dan 171 sisanya stagnan.

Saham-saham yang membukukan kenaikan di antaranya PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) (24,39%), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) (19,23%), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) (17,21%), sedangkan PT Indika Energy Tbk (INDY) (10,53%) dan PT PP (persero) Tbk (PTPP) (8,63%).

Saham yang paling banyak dikoleksi asing kemarin adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan beli bersih (net buy) sebesar Rp 103 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 103 miliar.

Sementara saham yang paling banyak dilego asing adalah PT Astra InternasionalTbk (ASII) dengan jual bersih (net sell) sebesar Rp 70 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencatatkan net sell Rp 58 miliar.

Namun, Wall Street yang menjadi barometer bursa global pada penutupan Kamis (Jumat pagi waktu Indonesia) berakhir di zona merah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 353,51 poin atau 1,3% menjadi 26.652,33, sementara Nasdaq turun 244,71 poin atau 2,3 % menjadi 10.461,42 dan indeks S&P 500 merosot 40,36 poin atau 1,2% menjadi 3.235,66.

Pelemahan Wall Street datang setelah rilis beberapa data ekonomi AS yang mengecewakan, termasuk laporan Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan bahwa klaim untuk tunjangan pengangguran AS meningkat untuk pertama kalinya dalam 16 minggu.

Laporan tersebut mengatakan klaim pengangguran awal melonjak menjadi 1,416 juta pada pekan yang berakhir 18 Juli 2020, meningkat sebesar 109.000 dari tingkat 1,307 juta di pekan sebelumnya, sementara ekonom mengharapkan klaim pengangguran untuk tidak berubah.

Klaim pengangguran meningkat untuk pertama kalinya sejak akhir Maret tetapi masih jauh di bawah rekor tertinggi 6,867 juta yang ditetapkan dalam pekan yang berakhir pada 28 Maret 2020 lalu.

"Pasar tenaga kerja tetap di tempat yang genting karena kasus Covid-19 melonjak di beberapa bagian negara dan langkah-langkah yang lebih ketat diadopsi guna menghambat penyebaran," kata Nancy Vanden Houten, Kepala Ekonom AS di Oxford Economics, mengutip RTTNews.

Sementara Conference Board (CB) mengatakan indeks ekonomi utamanya naik hanya sebesar 2,0% pada bulan Juni di saat ekonom memperkirakan indeks akan naik 2,5%, setelah melonjak 3,2% pada bulan Mei dan jatuh 6,3% pada April.

Pada catatan pukul 08.05 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,10% pada 26.570, sedangkan S&P 500 menguat 0,21% menjadi 3.234 dan Nasdaq Composite 100 melesat 0,32% pada 10.581.

Pada perdagangan pagi ini Jumat (24/7/2020) anjloknya bursa Wall Street kemungkinan menjadi sentimen negatif IHSG masuk zona merah.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area resistance  menuju level pivot, dengan garis BB yang mulai menyempit, maka pergerakan selanjutnya cenderung menurun.

Untuk melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 5.170 hingga area 5.225. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 5.115 hingga area 5.065.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan ke bawah, maka kecenderungan pergerakan untuk koreksi.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 62 setelah menyentuh area overbought, dengan garis yang bergerak turun, maka IHSG kemungkinan sedikit koreksi atau konsolidasi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area resistance menuju level pivot, dengan garis yang mulai menyempit, maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk koreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang sudah berada di area overbought.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PVML Salurkan Rp 272 T Pembiayaan ke UMKM hingga Semester I-2025

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular