Anies Perpanjang PSBB, Rupiah di Atas Rp 14.600/US$!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 July 2020 09:33
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (17/7/2020) pagi. Sentimen pelaku pasar yang kembali memburuk lagi memberikan tekanan bagi rupiah.

Pada pukul 09:35 WIB US$ 1 setara Rp 14.650/US$, rupiah melemah 0,62% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kemarin memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi selama 14 hari, akibat penyebaran kasus penyakit virus corona yang masih cukup tinggi. PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama. 

Apalagi, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.

Kabar baik sebenarnya datang dari China yang menunjukkan kebangkitan ekonomi setelah merosot 6,8% year-on-year (YoY) di kuartal I-2020, terparah sepanjang sejarah. Negeri Tiongkok langsung bangkit di kuartal II-2020 dengan membukukan pertumbuhan ekonomi 3,2% YoY.

Kemudian data ekonomi dari AS juga dirilis apik, Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan Juni naik 7,5% month-on-month (MoM). Meski jauh lebih rendah dari kenaikan bulan sebelumnya 17,7% MoM, tetapi masih lebih tinggi dari hasil polling Reuters sebesar 5% MoM.

Sementara itu penjualan ritel inti, yang tidak memasukkan sektor otomotif naik 7,3% MoM dari sebelumnya yang melesat 12,4% MoM, juga lebih tinggi dari polling Reuters 5% MoM.

Selain data penjualan ritel yang pertumbuhannya cukup apik, aktivitas manufakatur wilayah Philadelphia juga menunjukkan ekspansi 2 bulan beruntun. Data yang dirilis The Fed Philadelphia menunjukkan indeks aktivitas manufaktur sebesar 24,1, lebih tinggi dari hasil polling Reuters sebesar 20, meski melambat dari bulan sebelumnya 27,5.

Indeks manufaktur dari The Fed Philadelphia menggunakan angka 0 sebagai ambang batas, angka positif berarti ekspansi sementara negatif berarti kontraksi.

Sayangnya data-data bagus dari dua raksasa ekonomi dunia tersebut belum mampu mengangkat sentimen pelaku pasar hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular