
Perjuangan Sri Mulyani Cegah RI Masuk ke Jurang Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan melakukan berbagai upaya untuk mencegah RI agar tidak masuk ke jurang resesi. Dari memberikan kredit modal kerja, hingga penempatan dana di perbankan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Kemenkeu bersama otoritas yang lain saat ini, sudah menggunakan seluruh mekanisme anggaran untuk bisa mensubtitusi pelemahan dari sisi konsumsi, investasi dan ekspor.
"Karena bagaimana pun Indonesia itu engine of growth kita adalah konsumsi, investasi, dan ekspor. Namun, APBN tidak bisa berjalan sendiri [...] makanya kita menggunakan penempatan dana pemerintah di perbankan dengan suku bunga rendah," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (16/7/2020).
"Kita meluncurkan kredit yang diberikan jaminan sehingga antara bank dan korporasi terutama UMKM meereka segera pulih kembali, karena itu salah satu darah dari perekonomian, mesinnya supaya bisa jalan lagi," lanjutnya.
Sri Mulyani menegaskan, pemerintah dengan segala upaya akan membangkitkan ekonomi, terutama pada kuartal III-2020 agar tidak terkontraksi. Seperti diketahui, pemerintah meramalkan pada kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi akan jeblok lebih dalam dari perkiraan sebelumnya, menjadi minus 4,3%.
"Jadi kita mengekspektasikan kuartal II itu kontraksinya seperti minus 3,5% sampai minus 5,1%, titik poinnya kita ada di minus 4,3% jadi lebih dalam dari yang kita sampaikan minus 3,8%," kata Sri Mulyani.
Penurunan pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam dari perkiraan awal itu, kata eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, karena melihat berbagai sektor penurunannya sangat tajam, termasuk perdagangan, pertambangan, manufaktur, dan transportasi.
Transportasi, ujar Sri Mulyani, meski sudah ada relaksasi, tapi belum pulih. Ini karena orang lebih memilih untuk tidak melakukan perjalanan terlebih dahulu.
"Walau terjadi tapi masih kecil sekali. Pertambangan berkontribusi negatif growth cukup dalam di kuartal II. Oleh karena itu kita berharap di kuartal III mengejar, beberapa data yang kita peroleh sudah menunjukkan adanya titik balik," kata Sri Mulyani.
"Namun titik baliknya ini adalah askselerasi itulah yang menjadi fokus presiden, belanja dari kementerian/lembaga, belanja dari daerah, perbankan sektor keuangan dan sektor korporasi bisa kembali," lanjutnya.
Seperti diketahui, pemerintah telah menempatkan dana sebesar Rp 30 triliun ke empat Bank Himbara (Himpunan Bank-Bank Milik Negara). Hal ini untuk menjadi stimulus bagi bank-bank BUMN sehingga dana yang diterima bisa meningkatkan leverage minimal tiga kali dalam waktu tiga bulan, untuk ekspansi kredit Rp 90 triliun.
Sri Mulyani juga bahkan sempat menyinggung masih ada anggaran yang akan ditempatkan kepada perbankan. Hal ini sesuai dengan PMK No. 70 Tahun 2020 tentang Penempatan Uang Negara pada Bank Umum dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Sesuai PMK tersebut, pemerintah telah menganggarkan Rp 78,8 triliun untuk bisa ditempatkan di perbankan. Artinya masih ada Rp 48,8 triliun yang akan dititipkan kepada perbankan.
Sebelumnya, Sri Mulyani juga sudah mengumumkan akan memberikan kredit odal kerja kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan anggaran mencapai Rp 100 triliun sampai tahun 2021.
Pemberian kredit modal kerja ini akan disalurkan melalui beberapa perbankan dengan PT Jamkrindo dan PT Askrindo, yang mereka telah melakukan penandatangan bersama untuk bisa menyalurkan kredit modal kerja kepada 60 juta lebih UMKM.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Jepang Masuk Jurang Resesi, Jerman Jadi Negara Ekonomi Terbesar