
Tembus Level Psikologis US$ 40, Harga Minyak Sepekan Naik 4%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kompak menguat sepanjang pekan ini, menyusul kesepakatan para produsen utama dunia untuk memangkas produksi di tengah sinyal pemulihan permintaan.
Berdasarkan data Revinitif, harga energi utama dunia tersebut menguat di kisaran 4% baik untuk minyak jenis Brent yang menjadi acuan Eropa dan Indonesia, maupun minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS).
Harga minyak Brent menguat 4,5% ke US$ 42,85/barel, sedangkan WTI naik 4,9% ke US$ 40,36 per barel. Dengan demikian, kedua harga minyak mentah tersebut bersama-sama telah memasuki level psikologis harga US$ 40 per barel.
Akhir pekan lalu, keduanya terkoreksi masing-masing sebesar 2,8% dan 3,2%. Harga minyak WTI di level US$ 38,49 per barel, di tengah kenaikan pengidap virus corona baru penyebab Covid-19 yang memicu kekhawatiran akan penundaan atau pembatalan rencana pembukaan kembali ekonomi.
Namun, memasuki pekan ini, kekhawatiran itu agak sirna menyusul kabar Pfizer dan Moderna melaporkan kandidat vaksin yang mereka kembangkan mampu menghasilkan antibodi pada pasien yang terlibat dalam uji klinis 1,8 - 2,8 kali lebih tinggi dari pasien yang sembuh dengan sendirinya. Antibodi tersebut juga dikabarkan mampu menetralkan virus corona.
Di sisi lain, AS pada Jumat melaporkan penurunan stok minyak sebesar 7,2 juta barel, atau lebih rendah dari catatan API yang menunjukkan penurunan 8,2 juta barel. Namun, tetap saja penurunan itu jauh lebih besar dari konsensus yang memprediksi penurunan 710.000 barel.
Mulai dipacunya kembali perekonomian membuat permintaan terhadap bahan bakar membaik. Sektor manufaktur AS mencatatkan ekspansi pada Juni, tercermin dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur versi ISM yang di angka 52,6.
Reuters melaporkan jutaan barel minyak dan produknya di kapal tanker laut lepas telah dilego. "Volume minyak yang tersimpan di fasilitas penyimpanan terapung berpotensi mengalami penurunan yang agak cepat pada Juli," kata Fotios Katsoulas dari IHS Markit.
Faktor lain yang juga mendongkrak harga adalah upaya pemangkasan produksi Organisasi Negara Eksportir Minyak Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC). Pada Juni OPEC memasok 22,62 juta barel per hari (bph) minyak ke pasar, turun 1,92 juta bph dari posisi Mei akibat anjloknya suplai minyak Arab Saudi. Bulan lalu, suplai minyak Arab hanya mencapai 7,55 juta bph, lebih rendah 1 juta bph dari kuota yang ditetapkan oleh OPEC+.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Koreksi, tapi Masih di Level Tertinggi Setahun