
Ngeri! Kurs Dolar Singapura Melesat 2% Lebih ke Rp 10.460

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Jumat (3/7/2020), hingga menyentuh level tertinggi dalam satu setengah bulan terakhir. Rupiah yang sedang loyo membuat dolar Singapura enteng menguat hari ini, padahal data ekonomi dari Negeri Merlion kurang bagus.
Berdasarkan data Refinitiv, dolar Singapura menguat melesat 2,02% ke Rp 10.460,28/SG$ yang merupakan level tertinggi sejak 14 Mei lalu. Penguatan dolar Singapura terpangkas lebih dari setengah menjadi 0,96% ke Rp 10.351,79/SG$ pada pukul 12:20 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sebelum hari ini, dolar Singapura melemah 6 hari beruntun dengan total 1,47%.
Jumlah kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia yang terus menanjak bahkan mencetak rekor tertinggi membuat rupiah loyo.
Kemarin setelah perdagangan dalam negeri ditutup, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan jumlah pasien positif corona per 2 Juli 2020 adalah 59.394 orang. Bertambah 1.624 orang (2,81%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Penambahan pasien yang mencapai 1.624 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak Indonesia mencatatkan kasus perdana pada awal Maret. Sementara dari sisi persentase, laju 2,81% adalah yang tercepat sejak 18 Juni.
Dalam 10 hari terakhir, penambahan kasus corona di Ibu Pertiwi selalu lebih dari 1.000 per hari. Selama 14 hari ke belakang, rata-rata penambahan kasus adalah 1.188 orang per hari. Naik dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 996 orang per hari. Akibatnya, kurva kasus corona di Indonesia semakin jauh dari kata melandai, yang ada semakin melengkung ke atas.
Sementara itu, dari Singapura data ekonomi yang dirilis hari ini bervariasi. Sektor manufaktur menunjukkan perbaikan, meski masih mengalami kontraksi (angka indeks di bawah 50). Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Singapura bulan Juni sebesar 43,2, naik tajam dari bulan Mei 27,1.
Data tersebut memberikan tenaga tambahan bagi dolar Singapura untuk menguat. Tetapi siang ini, data penjualan ritel membuat penguatan terkoreksi. Penjualan ritel bulan Mei dilaporkan ambrol 52,1% dari Mei tahun lalu atau secara year-on-year (YoY). Kemerosotan tersebut jauh lebih besar dari konsensus di Trading Economics sebesar minus 27,1%, juga lebih besar dari bulan sebelumnya minus 40,1% YoY.
Sementara dari bulan sebelumnya, atau secara month-on-month, penjualan ritel minus 21,5% di bulan Mei.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
