
Ada Apa Dolar Singapura? Tembus Rp 10.200 & Tertinggi 1 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (1/7/2020), hingga ke level tertinggi dalam satu bulan terakhir. Beberapa data ekonomi dari Indonesia belum mampu mengangkat kinerja rupiah hari ini.
Pada pukul 11:20 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.216,67, dolar Singapura menguat 0,44% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 3 Juni lalu.
IHS Markit mengumumkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Juni 2020 berada di 39,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 28,6.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya kontraksi sementara di atasnya ekspansi.
"Angka PMI Juni menunjukkan bahwa pelemahan sektor manufaktur Indonesia agak mereda karena pelonggaran pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Dengan rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lebih lanjut, sentimen dunia usaha membaik."
"Akan tetapi, jalan menuju pemulihan akan sangat menantang. Survei kami menunjukkan bahwa produksi dan permintaan sudah turun signifikan sehingga butuh waktu untuk mengembalikannya. Pabrik-pabrik juga masih mengurangi karyawan pada bulan lalu," papar Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi periode Juni 2020 sebesar 0,18% secara bulanan (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 1,96%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median inflasi bulanan sebesar 0,025%. Sementara inflasi tahunan ada di 1,805%.
Kenaikan PMI manufaktur (meski masih berkontraksi), dan inflasi yang lebih tinggi dari konsensus bisa memberikan gambaran roda perekonomian yang perlahan kembali berputar. Tetapi sayangnya masih belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.
Dolar Singapura mulai berada dalam tren naik dalam 3 pekan terakhir, tepatnya sejak menyentuh level terendah 3 bulan Rp 9.974,07/SG$ pada 8 Juni lalu.
Singapura yang dikatakan menjadi tempat tempat aman (safe place) investasi di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini menjadi salah satu penopang penguatan mata uangnya. Hal tersebut diungkapkan oleh bank investasi ternama, Morgan Stanley, yang juga mengatakan bullish terhadap pasar saham Singapura.
"Kita bisa melihat inflow yang didukung oleh peningkatan persepsi Singapura sebagai safe place di saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik regional," tulis analis Morgan Stanley, Wilson Ng dan Derek Chang, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (29/6/2020).
Valuasi bursa saham Singapura dikatakan sudah mencapai level dasar, dan diprediksi akan menguat 14%.
Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi penyebab ketidakpastian ekonomi. Guna menanggulanginya, pemerintah Singapura menggelontorkan 4 paket stimulus senilai SG$ 100 miliar, atau hampir 20% dari produk domestik bruto (PDB).
Aliran modal besar masuk ke Singapura di tahun ini, bahkan tren tersebut sudah terjadi sejak tahun lalu. Di bulan April deposito non-residence dilaporkan meningkat 44% year-on-year (YoY) menjadi SG$62,14 miliar, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Morgan Stanley juga mengatakan, inflow yang besar juga terjadi melalui investasi pasif. Investasi pasif merupakan strategi dimana investor membeli indeks exchange trade fund (ETF). Menurut Morgan Stanley, sektor perumahan menjadi kunci besarnya aliran modal yang masuk ke Singapura.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
