Analisis Teknikal

Waspada! Kasus Corona Naik Tinggi, Rupiah Bisa Koreksi Dalam

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 June 2020 08:44
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sepanjang pekan lalu membukukan pelemahan 0,71% melawan dolar Amerika Serikat (AS), berakhir di level Rp 14.150/US$. Ini berarti, sudah 3 pekan beruntun rupiah tidak mencatat penguatan, rinciannya 2 pekan melemah dan sepekan stagnan.

Tekanan bagi rupiah di awal pekan ini, Senin (29/6/2020), masih belum reda. Jumlah kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang terus meningkat tajam di AS bahkan membukukan rekor penambahan kasus per hari, membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Beberapa negara bagian di AS bahkan menunda pelonggaran kebijakan lockdown, sehingga pemulihan ekonomi Paman Sam kemungkinan berlangsung lebih lama.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sebenarnya berada dalam fase konsolidasi dalam tiga pekan terakhir, meski dengan kecenderungan melemah tipis-tipis. Maklum, sejak awal April hingga awal Juni, rupiah sudah menguat lebih dari 15%.

Fase konsolidasi pada satu titik dapat memicu pergerakan besar, entah itu menguat atau melemah. Dalam kondisi saat ini, risiko rupiah melemah menjadi lebih besar ketimbang menguat.

Fase konsolidasi semakin terlihat setelah dua pekan lalu rupiah membentuk pola Doji.

Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin (15/6/2020) sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah. Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu kemana arah pasar selanjutnya.

Terbukti, setelah membentuk Doji, rupiah rentang pergerakan rupiah tidak terlalu besar.

Sementara Selasa (23/6/2020), rupiah membentuk pola Gravestone Doji, dimana level pembukaan sama dengan penutupan, dan berada di low intraday. Secara psikologis, Gravestone Doji menunjukkan pelaku pasar yang menjual dolar AS sedang mendominasi pasar. Sayangnya pola ini belum menunjukkan "khasiatnya".

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto : Refinitiv

Sementara itu indikator stochastic kini mendekati jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.

Tetapi, posisi stochastic saat ini masih cukup jauh dari overbought, sehingga risiko pelemahan rupiah masih cukup besar.

Resisten (tahanan atas) terdekat berada di Rp 14.150/US$, kebetulan rupiah saat ini persis berada di level tersebut.

Selama tertahan di atas resisten, rupiah berpeluang melemah menuju level Rp 14.300/US$.

Sebaliknya, jika rupiah kembali bergerak di bawah Rp 14.150/US$, peluang penguatan menuju level psikologis Rp 14.000/US$ kembali terbuka.

Untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).

Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular