
Corona & Perang Dagang Menguat, Wall Street Dibuka Melorot

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkapar pada pembukaan perdagangan Kamis (25/6/2020), melanjutkan koreksi Rabu karena investor cemas melihat lonjakan virus corona yang menyentuh rekor tertinggi baru sementara AS menabuh genderang perang terhadap Eropa.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 113 poin (-0,45%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 15 menit kemudian surut menjadi 83,85 poin (-0,33%) ke 25.362,09. Indeks S&P 500 juga tertekan 5,55 poin (-0,18%) ke 3.044,78 sedangkan Nasdaq anjlok 3,27 poin (-0,03%) ke 9.905,89.
California dan Florida mencatat lonjakan harian tertingginya, sedangkan Houston melaporkan fasilitas Unit Gawat Darurat-nya sudah mendekati kapasitas penuh. New York, New Jersey dan Connecticut memerintahkan mereka yang baru berkunjung dari kawasan zona merah untuk melakukan karantina selama 14 hari.
Perkembangan itu terjadi setelah AS melaporkan lebih dari 2,4 juta kasus corona, yang telah menewaskan 122.000 orang. Sebanyak 45.000 kasus Covid-19 muncul ke permukaan pada Rabu, rekor tertinggi baru sejak 26 April (yang saat itu hanya mencatat 9.000 kasus).
Saham maskapai penerbangan pun berguguran. Saham United Airlines, Delta Airlines, dan American Airlines semuanya tertekan lebih dari 4%.
"Pasar terlanjur optimistis bahwa ekonomi akan dibuka kembali dan hidup bakal kembali normal, tetapi virusnya mungkin punya pikiran lain," tutur Chris Zaccarelli, Kepala Investasi Independent Advisor Alliance, sebagaimana dikutip CNBC International.
Secara bersamaan, lanjut dia, pasar juga menghadapi kenyataan bahwa proteksionisme masih terus berjalan. Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan pengenaan tarif baru terhadap produk Prancis, Jerman, Spanyol dan Inggris senilai total US$ 3,1 miliar meliputi minyak zaitun, gin, dan truk yang tarifnya bisa naik 100%.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan ada 1,48 juta pengangguran baru yang mengajukan klaim pada pekan lalu. Angka ini lebih buruk dari proyeksi ekonom dalam poling Dow Jones yang memperkirakan 1,35 juta klaim baru.
Angka klaim tunjangan untuk pengangguran tersebut telah meningkat di atas level 1 juta orang, tiap pekannya, dalam 13 minggu terakhir sejak pandemi virus corona (strain terbaru) memukul perekonomian terbesar dunia tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?