
Gelombang 2 Corona Terlihat, Dow Jones Dibuka Anjlok 600 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkapar pada pembukaan perdagangan Senin (15/6/2020), karena investor cemas melihat gejala gelombang kedua virus corona setelah pembukaan kembali ekonomi AS dan memilih melakukan aksi ambil untung.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 646 poin (-2,5%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 15 menit kemudian agak surut menjadi 593 poin (-2,32%) ke 25.012,54. Indeks S&P 500 juga tertekan 56,4 poin (-1,85%) ke 2.984,91 sedangkan Nasdaq anjlok 134,49 poin (-1,4%) ke 9.454,32.
Saham-saham yang sempat menguat karena diuntungkan dari pembukaan kembali ekonomi kini bernasib berbeda, dengan anjlok di sesi pra-pembukaan. Saham maskapai United Airlines bablas 8,2%, saham peritel Gap juga tertekan setelah pada Mei sempat menguat.
"Kita lagi di tengah koreksi," tutur Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar Spartan Capital Securities, sebagaimana dikutip CNBC International. "Virus corona menguat lagi dan itulah problemnya."
Aksi pada Senin tersebut mengikuti koreksi besar pekan lalu. Indeks Dow Jones dan S&P 500 anjlok masing-masing sebesar 5,5% dan 4,7% pekan lalu, sedangkan Nasdaq tertekan 2,3%. Itu merupakan pekan terburuk sejak 20 Maret bagi ketiganya.
Beberapa negara bagian yang saat ini bakal membuka kembali perekonomian di antaranya adalah Alabama, California, Florida dan North Carolina. Semua melaporkan kenaikan temuan kasus Covid-19. Texas dan North Carolina melaporkan rekor jumlah pasien Corona pada Sabtu.
Di sisi lain, Gubernur New York Andrew Cuomo mengingatkan warga untuk tak memicu munculnya gelombang kedua virus corona. Dia mendapat laporan bahwa ada 25.000 keluhan tentang entitas bisnis yang melanggar aturan tentang penjarakkan sosial (social distancing).
"Memburuknya Covid di beberapa negara masih akan menjadi pemberat pasar, meski perlu kenaikan jumlah yang cukup di AS untuk menciptakan perubahan narasi yang dramatis," tutur pendiri Vital Knowledge Adam Crisafulli dalam laporan riset, yang dikutip CNBC International.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin pada CNBC International pada Kamis pekan lalu telah menyatakan bahwa penghentian kembali perekonomian untuk memperlambat penyebaran Covid-19 bukanlah opsi yang disiapkan, karena akan "berujung pada kerusakan lebih jauh."
Sepanjang tahun berjalan, indeks S&P 500 anjlok 5,8%, atau masih lebih tinggi sebesar 38% ketimbang posisi terendahnya pada Maret. Indeks Dow Jones terhitung melemah 10,2% secara tahun berjalan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?