
Corona Terus Melonjak, Harga Minyak Sepekan Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun sepanjang pekan ini di tengah lonjakan kasus terinfeksi Covid-19 dan juga kenaikan dalam stok minyak mentah menjadi pendorong harga si emas hitam anjlok di bawah level psikologis US$ 40/barel.
Sepanjang minggu ini (week on week/WoW), harga minyak jenis brent yang menjadi acuan global turun US$ 3,57 atau 9,22% ke level US$ 38,73/barel pada penutupan Jumat kemarin (12/6/2020) waktu setempat, dari US$ 42,30/barel pada Jumat lalu (5/6/2020).
Sementara untuk jenis light sweet yang menjadi acuan minyak Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) anjlok US$ 3,29 atau 9,07% menjadi US$ 36,26/barel pada penutupan Jumat kemrain (12/6/2020) dari US$ 39,55/barel pada Jumat lalu (5/6/2020).
Rilis data terbaru Energy Information Agency (EIA) menjadi kabar buruk bagi pasar minyak mentah dunia. Kenaikan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) membuat harga minyak mentah tergelincir. Rabu kemarin (10/6/2020) waktu setempat. EIA melaporkan stok minyak mentah AS periode mingguan yang berakhir pada 5 Juni 2020 naik 5,7 juta barel menjadi 538,1 juta barel.
Stok minyak distilat (penyulingan) dan bensin juga naik walau tak sebanyak pekan sebelumnya. Data resmi pemerintah AS tersebut menyebutkan stok minyak distilasi meningkat 1,57 juta barel sementara untuk bensin persediaannya bertambah 0,87 juta barel. Kenaikan stok ini masih menjadi kekhawatiran di pasar akan lambatnya pemulihan permintaan.
Sementara American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS periode mingguan naik sebanyak 8,4 juta barel hingga 5 Juni lalu. Angka ini berbeda dengan survei Reuters yang memperkirakan stok akan terpangkas 1,7 juta barel.
Stok minyak distilat yang termasuk di dalamnya ada minyak diesel dan pemanas naik 4,3 juta barel. Angka ini lebih tinggi dari estimasi pasar yang memperkirakan stok akan bertambah hanya 3 juta barel saja.
Penurunan harga si emas hitam juga terdorong oleh kekhawatiran tentang gelombang kedua kasus virus corona, karena data terakhir telah menyebabkan kekhawatiran tentang pembukaan kembali ekonomi yang mengarah pada lonjakan infeksi.
Menurut data CNN yang dikumpulkan dari Covid Tracking Project, jumlah pasien terpapar virus corona yang dirawat di rumah sakit sejak Memorial Day telah meningkat setidaknya di 12 negara bagian AS.
Texas melaporkan 2.504 kasus virus corona baru pada hari Rabu lalu, yang mencerminkan total satu hari tertinggi di negara bagian sejak pandemi itu muncul. Jumlah kasus terinfeksi virus yang dikonfirmasi di AS juga telah melewati tanda dua juta, menurut data dari Johns Hopkins University.
"Kami jelas memiliki ledakan kasus di daerah yang tidak terlalu terpengaruh sebelumnya," kata Bob Yawger, direktur energi kontrak berjangka (futures) di Mizuho. "Itu pada akhirnya menyebabkan semakin sedikit orang yang mengemudi, semakin sedikit permintaan untuk bensin," melansir Reuters.
Sementara prospek ekonomi AS yang lemah dari bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve AS) dan perkiraan suram baru-baru ini untuk ekonomi global dari Bank Dunia (World Bank) dan OECD berkontribusi signifikan terhadap penurunan minyak minggu ini.
Bank Dunia memproyeksi bahwa ekonomi dunia masuk resesi di tahun 2020. Kegiatan ekonomi internasional akan menyusut 5,2% tahun ini atau merupakan resesi terdalam sejak Perang Dunia II.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) yang memprediksi bahwa ekonomi global akan berkontraksi setidaknya 6% pada tahun ini akibat penutupan ekonomi guna menekan angka wabah Covid-19.
OECD juga memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi global akan "melambat dan tidak pasti".
Selain itu, perang harga antara Arab Saudi dengan Rusia yang sempat terjadi serta banjir pasokan minyak di pasar seolah menjadi tekanan bagi harga si emas hitam dari dua arah (double hit) baik dari sisi demand maupun supply.
Perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia yang terjadi pada Maret lalu ikut memantik suara dari Menteri Negara Urusan Energi Qatar, Saad al-Kaabi. Dia menilai perang harga tersebut adalah kesalahan terbesar yang memicu harga minyak jatuh ke level terendah dalam sejarah.
"Saya pikir itu adalah kesalahan yang sangat besar," kata Saad al-Kaabi kepada Hadley Gamble, anchor CNBC International dari Doha. Al-Kaabi juga adalah CEO Qatar Petroleum
"Anda tahu, upaya membanjiri pasar [dengan stok minyak] ini yang menyebabkan harganya jatuh level yang sangat rendah. Dan kemudian pandemi corona menambah dampak parah di mana orang tidak mampu memproduksi lagi. Dan kami melihat, Anda tahu, harga WTI sudah negatif," katanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/gus)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sinyal AS Tak Jadi "Bangkrut", Harga Minyak Mentah Lompat!