PDB Inggris Minus 20,4%, Kurs Poundsterling Menguat 1% Lebih

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 June 2020 14:42
FILE PHOTO: Wads of British Pound Sterling banknotes are stacked in piles at the Money Service Austria company's headquarters in Vienna, Austria, November 16, 2017. REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Jumat (12/6/2020), meski pertumbuhan ekonomi Inggris berkontraksi tajam. Tetapi mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Pada pukul 13:20 WIB, poundsterling menguat 1,01% ke Rp 17.753,85/GBP di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan dolar AS, poundsterling melemah 0,19% ke US$ 1,2578.

Office for National Statistic (ONS) melaporkan produk domestic bruto (PDB) di bulan April turun 20,4% dari bulan sebelumnya. Kontraksi perekonomian tersebut lebih besar dari prediksi analis yang disurvei Reuters minus 18,4%.

Kebijakan karantina wilayah (lockdown) di Inggris guna meredam penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi penyebab merosotnya perekonomian. Tidak hanya Inggris, semua negara mengalami hal yang sama, tidak ada negara yang selamat dari kemerosotan ekonomi.

Meski demikian, poundsterling masih mampu menguat tajam melawan rupiah hari ini. Sebabnya sentimen pelaku pasar yang sedang memburuk.

Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang ambrol pada perdagangan Kamis kemarin. Indeks Dow Jones ambles nyaris 7%, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing lebih dari 5%. Penyebabnya, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di AS.


Kasus corona baru di AS meningkat menjadi 20,2486 kasus per hari dari sebelumnya 17,376. Secara total, jumlah pengidap virus corona mencapai 2 juta orang di AS dengan 116.000 korban jiwa.


Negara bagian Texas mencatatkan rekor tertinggi pasien Covid-19 dalam tiga hari terakhir. Sembilan wilayah di California juga melaporkan kenaikan kasus corona.

Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang memberikan outlook perekonomian yang kurang cerah juga membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Dini hari tadi, The Fed mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 0-0,25%, dan tidak akan dinaikkan dalam hingga beberapa tahun ke depan. The Fed memproyeksikan ekonomi AS akan berkontraksi 6,5% di tahun ini, dengan tingkat pengangguran sebesar 9,3%.

Suku bunga yang berada di rekor terendah, dan tidak akan dinaikkan dalam beberapa tahun ke depan menjadi indikasi perekonomian AS kemungkinan tidak akan mengalami pemulihan yang cepat.

Sebagai mata uang emerging market, rupiah sangat dipengaruhi oleh mood pelaku pasar. Ketika mood sedang bagus, maka aliran modal akan deras masuk ke Indonesia, rupiah pun menjadi perkasa. Sebaliknya, ketika sentimen memburuk, maka aliran modal berisiko kembali keluar, dan rupiah menjadi tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular