
Ketakutan di Pasar Sedang Tinggi, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks volatilitas Chicago Board Options Exchange (CBOE) VIX, yang dikenal dengan nama 'indeks rasa takut' (fear index) pada perdagangan Kamis kemarin (11/6/2020) naik 47,95% menjadi 40,79 dari 27,57 (10/6/2020).
Hal ini menunjukkan nilai volatilitas pasar atau kondisi risiko pasar keuangan global kembali tinggi. Salah satu indikatornya yaitu indeks volatilitas pasar keuangan AS (Volatility Index/VIX).
Sebagai pengukur volatilitas, VIX umumnya menggambarkan nilai indikatif 30. Jika pembacaan VIX di atas 30, menyiratkan volatilitas yang tinggi dan rasa takut yang terdapat di antara para investor. Di sisi lain, nilai di bawah 30 menunjukkan keyakinan diri para investor, atau lebih tepatnya, volatilitas yang lebih rendah di pasar.
Tingginya volatilitas pasar mengakibatkan investor enggan untuk masuk ke pasar aset berisiko maupun aset dengan imbal hasil (yield).
Hal ini tercermin dengan anjloknya bursa saham Wall Street pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia) yang berada di zona merah.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1.861,82 poin atau 6,9% menjadi 25.128,17, Nasdaq anjlok 527,62 poin atau 5,3% menjadi 9.492,73 dan S&P 500 turun 188,04 poin atau 5,9% menjadi 3.002,10.
Di pasar keuangan Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Kamis kemarin anjlok 65,93 poin atau 1,34% menjadi 4.854,75. Bahkan hari Jumat ini di sesi I pukul 10:35 WIB, IHSG kembali turun lebih dari 1% ke level 4.803,46. Sementara untuk pasar SBN juga menujukkan tanda-tanda sepi minat.
Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang tenor 10 tahun pada perdagangan kamis kemarin naik 0,22% atau 1,60 basis poin (bps) menjadi 7,294%, besaran 100 bps setara dengan 1%. Kenaikan yield menunjukkan harga instrumen ini sedang turun.
Sementara nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin juga melemah 0,22% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 13.950/US$ di pasar spot.
Oleh karena itu, dalam beberapa hari terakhir ini, pasar keuangan global termasuk Indonesia cukup bergejolak mulai dari pasar saham hingga pasar modal karena volatilitas pasar yang masih relatif tinggi akibat kekhawatiran lonjakan kasus virus corona gelombang kedua.
Fokus utama investor tetap pada perkembangan dari pandemi virus corona. Situasi ini bisa mempengaruhi psikologis investor. Arus modal asing enggan masuk ke Indonesia sepanjang data dan persepsi belum membaik.
Lonjakan kasus terpapar virus corona dalam dua hari terakhir dengan penambahan kasus infeksi baru ke rekor tertinggi penambahan kasus harian telah menyurutkan nyali investor.
Kalau sampai kemudian lonjakan kasus di Tanah Air membuat pemerintah berpikir ulang untuk menerapkan kehidupan normal baru (new normal) dan kembali menerapkan social distancing, maka prospek ekonomi Indonesia bakal suram. Oleh karena itu, wajar investor agak cemas. Kekhawatiran itu ditunjukkan dengan melepas aset-aset di pasar keuangan Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentimen Pekan Depan: Dari Harga Minyak Hingga AS Vs China
