Corona Bikin Cemas: Rupiah Lemas, Dolar di Atas Rp 14.000

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 June 2020 09:20
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Sepertinya minat investor terhadap aset-aset berisiko sedang surut.

Pada Jumat (12/6/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.020 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,5% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sinyal pelemahan rupiah sudah terlihat sejak dini hari tadi. Bursa saham New York ditutup melemah sangat dalam di mana indeks Down Jones Industrial Average (DJIA) ambles 6,9%, S&P 500 anjlok 5,89%, dan Nasdaq Composite ambrol 5,27%. Ketiganya mengalami koreksi harian terdalam sejak 16 Maret.

Koreksi Wall Street menandakan investor sedang tidak berkenan untuk bermain agresif dengan mengoleksi aset-aset berisiko. Akibatnya, arus modal yang mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang menjadi seret, salah satunya ke Indonesia yang kemudian membuat rupiah tidak berdaya.

Investor mulai cemas dengan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), terutama di AS. Ashish Jha, Kepala Global Health Institute di Harvard, memperkirakan angka kematian akibat virus corona di Negeri Paman Sam bisa mencapai 200.000 orang pada September.

Per 11 Juni, US Centers for Disease Control and Prevention mencatat korban jiwa akibat virus corona adalah 106.634 orang. Sejak 2 Maret, rata-rata korban jiwa akibat virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu bertambah hampir 11% per hari.

"Walau jumlah kasus tidak bertambah signifikan, walau kurvanya mendatar, sangat beralasan untuk memperkirakan akan ada 200.000 kematian pada September. Pandemi ini belum akan berakhir pada September. Saya sangat khawatir terhadap apa yang akan kita hadapi dalam beberapa pekan dan bulan ke depan," tegas Jha, seperti dikutip dari Reuters.

Investor juga mulai khawatir dengan risiko gelombang serangan kedua (second wave outbreak). Seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial (social distancing), risiko ke arah sana memang terbuka.

"Pasar sebelumnya telah menjalani reli karena melihat kita bisa melalui krisis ini situasi akan membaik. Namun ada satu hal yang bisa mengubah semuanya yaitu jika kita sampai mengalami gelombang serangan kedua. itu menjadi sebuah ketakutan yang besar," kata Sean O'Hara, Presiden Pacer ETF Distributors yang berbasis di Pennsylvania, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, ada kemungkinan pemulihan ekonomi akibat pandemi virus corona bakal berlangsung lama. Hal tersebut bahkan dikonfirmasi sendiri oleh Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).

"Saat ini tidak ada gunanya beli (aset), semuanya dijual. Bahkan ada kekhawatiran kita belum mencapai puncak," ujar Tim Ghriskey, Chief Investment Strategist di Inverness Counsel yang berbasis di New York, seperti diwartakan Reuters.

Kecemasan ini kemudian terwujud dalam peningkatan volatilitas di pasar yang dicerminkan oleh indeks VIX. Hari ini, indeks VIX berada di 40,79, meroket 47,95%.

Oleh karena itu, sepertinya pasar keuangan global bakal 'berdarah-darah' hari ini. Pasar saham, valas, obligasi, dan komoditas akan menjalani hari yang berat. Rupiah tidak terkecuali.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular