Analisis Teknikal

Harga Emas Diramal Tembus US$ 2.000/Troy Ons, Kapan?

Haryanto, CNBC Indonesia
11 June 2020 11:45
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi global Goldman Sachs pada Rabu kemarin (10/6/2020) memberikan outlook bullish untuk logam mulia emas. Goldman Sachs menilai harga emas bisa tembus di atas US$ 2.000/troy ons.

Sementara harga emas dunia di pasar spot pada penutupan perdagangan hari Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia) kembali menguat melanjutkan reli sebelumnya yang naik sebesar US$ 21,92 atau 1,28% menjadi US$ 1.736,24/troy ons, melansir dari Refinitiv.

Beberapa faktor yang mendorong harga emas lebih tinggi menurut Goldman Sachs antara lain, kebijakan moneter dan fiskal yang super-ekspansif dibarengi dengan kuatnya sentimen konsumen. Hal ini akan mendorong laju inflasi yang lebih kencang.

Sementara di tahun ini, apresiasi harga emas juga seiring dengan meningkatnya kekhawatiran perang dagang antara AS-China. Selain itu, lonjakan baru terinfeksi virus corona lagi-lagi memberikan tekanan bagi aset-aset berisiko.

Hingga saat ini virus corona telah menginfeksi lebih dari 7 juta orang di belahan dunia dengan tingkat kematian sebanyak 416 ribu lebih jiwa, berdasarkan data dari Johns Hopkins University.

"Virus corona dan upaya negara-negara untuk mengendalikannya telah menempatkan ekonomi global pada jalur resesi terburuk sejak Depresi Hebat (Great Depression)," kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, bulan lalu (14/4), melansir CNBC International.

Sementara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) memprediksi ekonomi global akan berkontraksi setidaknya 6% pada tahun ini akibat penutupan ekonomi guna menekan angka wabah Covid-19.

OECD juga memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi global akan "melambat dan tidak pasti".

Bank Dunia bahkan memiliki dua skenario dalam memproyeksikan ekonomi global yang terjadi di 2020. Produk Domestik Bruto (PDB) diramal bisa minus 5,2% atau minus 8%. Semua karena pandemi virus corona atau covid-19.

Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan bahwa resesi ekonomi yang terjadi karena pandemi covid-19 merupakan resesi ekonomi yang terdalam sejak terjadi Perang Dunia II. Bahkan disebut sebagai resesi karena pandemi yang pertama terjadi sejak 1870.

Di sisi lain stimulus jumbo yang diberikan bank sentral maupun pemerintahan secara global juga turut menjadi pendukung harga emas untuk menguat lantaran adanya ancaman inflasi yang nyata ke depannya. Emas sebagai aset lindung nilai (hedge) jadi kebanjiran permintaan ketika ada ancaman inflasi yang tinggi dan penurunan nilai tukar.

"Orang menggunakan emas sebagai aset safe-haven dan juga banyak yang percaya bahwa inflasi akan naik di kuartal mendatang," kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, melansir Reuters.

Fundamental untuk kenaikan harga emas lebih lanjut sangat mumpuni, lalu bagaimana dengan proyeksi harga emas secara teknikal?

Sebagai informasi harga emas dunia sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada September 2011 di level US$ 1.920/troy ons. Penguatan harga emas seiring dengan krisis ekonomi 2008 (kasus kebangkrutan Lehman Brotehrs) dan sejak saat itu harga emas terus melambung.

Mengacu pergerakan emas dari harga terendah sejak krisis 2008 yang berada di level US$ 681/troy ons pada Oktober 2008, emas telah naik 30,70% ke level tertinggi di bulan Desember 2008 pada US$ 890/troy ons.

Di semester pertama 2009, lagi-lagi harga emas menguat 13,03% ke level tertinggi di semester tersebut pada US$ 1.006 dari level tertinggi Desember 2008. Sementara di semester kedua 2009 emas melonjak 21,87% dari level tertinggi semester I 2009 menjadi US$ 1.226/troy ons.

Sejak saat itu, emas terus meroket. Sampai puncak 3 tahun kemudian di semester kedua 2011 yang berada di level US$ 1.920/troy ons dengan kenaikan yang sebesar 115,73% dari level terendah Oktober 2008.

Secara data historis yang ada, jika diambil rata-rata kenaikan per semester yang mencapai sekitar 15% dari tujuh semester selama kurun 3 tahun. Maka prediksi Goldmasn Sachs untuk harga emas tembus di level US$ 2.000/troy ons, kemungkinan akan terjadi di semester kedua 2020 atau kuartal keempat 2020.

Hal ini dihitung dengan menggunakan harga tertinggi di semester pertama saat ini yang berada di US$ 1.765/troy ons yang diraih pada bulan Mei 2020, lalu di tambahkan kenaikan 15% dengan asumsi kenaikan per semester dari kejadian 2008 silam. Maka ketika itu, harga emas akan mencapai US$ 2.030 di semester kedua atau di kuartal keempat 2020.

Sementara di kuartal kedua atau pertengahan semester kedua 2020, harga emas akan menguji level psikologis US$ 1.800 terlebih dahulu hingga US$ 1.900/troy ons. Jika hal ini dapat terpenuhi maka bukan tidak mungkin harga emas mencapai US$ 2.000/troy ons di kuartal IV-2020.

 

Analisis TeknikalRefinitiv

Pergerakan harga emas dengan menggunakan periode bulanan dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, emas bergerak menuju area resistance terkuat, dengan garis BB yang melebar, artinya pergerakan cenderung untuk naik lebih lanjut.

Sementara indikator Fibonacci Retracement yang menggunakan tren line atau garis tren, dengan level-level yang dijadikan sebagai area acuan atau referensi dalam menentukan area support dan resistance. Saat ini berada di antara area 61,8% dan 100% fibo, melalui penarikan garis dari harga tertinggi ke harga terendah baru.

Untuk melanjutkan penguatan emas perlu melewati level resistance psikologis di area US$ 1.800/troy ons terlebih dahulu sebelum menyentuh resistance terkuat berikutnya di US$ 1.920/troy ons yang menjadi harga tertinggi sepanjang masa pada September 2011.

Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati support yang berada di area US$ 1.600/troy ons yang sekaligus menjadi area 61,8% fibo hingga area US$ 1.492/troy ons atau area 50% fibo.

Sementara itu, indikator Stochastic yang digunakan sebagai area jenuh beli (overbought) di level 80 dan area jenuh jual (oversold) di level 20. Emas saat ini berada di area jenuh beli yang berpotensi untuk terkoreksi, namun selama garis Moving Average (MA) belum bergerak ke bawah dari area 80 harga masih cenderung menguat.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang semakin melebar dan mencoba untuk menyentuh level 100% fibo, maka pergerakan emas berpotensi untuk bullish atau naik lebih lanjut. Namun, indikator stochastic yang overbought berpeluang untuk terkoreksi.

Kendati demikian selama harga emas tidak melewati area support US$ 1.600/troy ons, pergerakan masih akan bullish.

Emas perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular