
Goldman Sachs: Harga Emas Bisa Tembus di Atas US$ 2.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi global Goldman Sachs memberikan outlook bullish untuk logam mulia emas. Kondisi sekarang ini mendukung harga emas untuk terbang lebih tinggi.
Logam mulia emas memang diperdagangkan di rentang yang sempit. Harga emas tak pernah jauh dari kisaran level US$ 1.700/troy ons. Pekan lalu harga emas tergelincir di bawah US$ 1.700/troy ons akibat rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang mengejutkan.
Tak disangka, angka penciptaan lapangan kerja di bulan Mei meningkat 2,5 juta melampaui ekspektasi ekonom yang memperkirakan angka lapangan kerja masih akan terpangkas sebanyak 8 juta.
Namun setelah itu harga emas rebound lagi. Jeffrey Currie, ekonom Goldman Sachs melihat koreksi tersebut sebagai 'jeda yang menyegarkan'. Lebih lanjut, Goldman Sachs melihat prospek emas untuk jangka panjang masih menarik.
Beberapa faktor yang mendorong harga emas lebih tinggi menurut Goldman Sachs antara lain, kebijakan moneter dan fiskal yang super-ekspansif dibarengi dengan kuatnya sentimen konsumen. Hal ini akan mendorong laju inflasi yang lebih kencang.
Emas sebagai aset lindung nilai (hedge) menjadi diburu ketika ada ancaman inflasi dan depresiasi nilai tukar. Akibatnya harganya bisa melambung tinggi. Target inflasi yang lebih tinggi membuat Goldman Sachs menilai harga emas bisa tembus di atas US$ 2.000/troy ons.
Kini pasar kembali menyorot Jerome Powell dan komite pengambil kebijakan (FOMC) The Fed. Berdasarkan piranti FedWatch CME Group, 85% pelaku pasar melihat adanya peluang suku bunga di tahan di kisaran sekarang 0 - 0,25%.
Sebenarnya yang ditunggu dari pertemuan The Fed lebih ke proyeksi ekonomi ke depan, seperti proyeksi pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi hingga prospek lapangan kerja di AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Catat! Goldman Sachs Ramal Harga Emas Mentok di US$ 2.000/oz