
Tunggu Restu Jokowi, Ini BUMN 'Guram' yang Mau Ditutup Erick
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 June 2020 10:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membeberkan banyak perusahaan pelat merah yang eksistensinya tak banyak berguna bagi publik. Salah satunya PT Iglas (Persero) yang lokasi kantornya pun tidak diketahui oleh Kementerian BUMN.
Sebab itu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan saat ini pihaknya meminta agar ada kewenangan tambahan yang dipegang Menteri BUMN.
Khususnya agar perusahaan-perusahaan yang tidak bisa dipertahankan untuk bisa dibubarkan. Tindakan demikian menurut Arya akan membuat kondisi lebih lega.
"Kalau itu kan membuat kita akan lebih lega. Karena kan ada perusahaan-perusahaan yang memang, anda tahu Merpati? Masih terbang nggak? Nggak. Tapi masih ada perusahaannya. Masih terbang nggak? Kalau soal pesawat ada, kalau nggak terbang kan nggak ada operasi, tapi masih ada Merpati," papar Arya Sabtu (6/6/2020).
Meski demikian Arya masih enggan menyampaikan ada tidaknya BUMN lain yang memiliki masalah seperti Merpati dan PT industri Gelas (Iglas). "Ada lah," ucapnya.
Terkait apakah akan dilakukan likuidasi atau tidak Arya menyebut tidak bisa karena tidak ada kewenangan. Arya berharap akan ada kewenangan lebih agar bisa melakukan tindakan selanjutnya baik merger, bubarkan, dan lainnya. Pihaknya masih menunggu payung hukum terkait wewenang untuk membubarkan BUMN-BUMN yang 'tidak jelas', tersebut.
"Bubarin pun nanti tertentu. Makanya [payung hukum] Perpres mungkin ya," jelasnya.
Lebih lanjut Arya mengatakan ada beberapa yang masuk list dan tidak ada operasinya. Meski demikian Arya belum bisa menyampaikan berapa jumlahnya. "Ya ada beberapalah. Nggak bisa ngomong, belum bisa ngomonglah," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan tak segan-segan melakukan likuidasi terhadap BUMN yang 'hidup segan tapi mati tak mau' alias seperti 'zombie'. Ia mencontohkan adalah PT Iglas (Persero).
PT Iglas (Persero) BUMN yang khusus memproduksi botol. Namun, bisnis Iglas kini sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang. Di sisi lain, Iglas juga memiliki utang Rp 1 triliun dan asetnya hanya tanah lokasi. BUMN ini sudah berhenti operasi sejak 2015, dan berdampak pada PHK hingga pesangon pekerjanya yang bermasalah.
"Ya kalau likuidasi contoh perusahaan-perusahaan seperti Iglas terus gimana? masak mati segan hidup tak mau. Semua serba segan ya nggak itu nggak sehatlah ngapain kita membohongi diri sendiri kepada sesuatu yang bukan ahlinya," ucapnya.
Pada April lalu, Kementerian BUMN juga resmi memulai penutupan total 51 anak dan cucu usaha BUMN dari 3 perusahaan. Hal ini merupakan bagian dari rasionalisasi perusahaan-perusahaan BUMN.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam rapat kerjanya bersama dengan Komisi VI DPR RI saat itu menyebutkan bahwa penutupan anak usaha BUMN ini akan terus dilakukan ke depannya, tidak hanya terfokus pada PT Pertamina (Persero), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) saja.
"Pada saat ini kami sudah melakukan langkah, hari ini Garuda menutup 6 perusahaan , pertamina 25 anak usaha perusahaan dalam 2 tahun. Lalu Telkom tahun ini 20 . Ini masih 3 perusahaan, kita minta terus," kata Erick dalam rapat kerja virtual, Jumat (3/4/2020).
Dalam rapat ini Erick memaparkan, kementerian telah melakukan pemetaan perusahaan-perusahaan BUMN. Hasil dari pemetaan tersebut, kementerian telah membagi kelompok jumlah perusahaan berdasarkan keberlangsungan usahanya.
"Pemetaan akan menentukan langkah dan strategi untuk BUMN apakah dipertahankan, transformasi, konsolidasi atau apakah pemenuhan publik apakah divestasi," terangnya.
Berikut hasil pemetaan yang disampaikan menteri BUMN:
(tas/tas) Next Article 24 Tahun Kementerian BUMN, Erick: BUMN Bukan Sapi Perah Lagi
Sebab itu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan saat ini pihaknya meminta agar ada kewenangan tambahan yang dipegang Menteri BUMN.
Khususnya agar perusahaan-perusahaan yang tidak bisa dipertahankan untuk bisa dibubarkan. Tindakan demikian menurut Arya akan membuat kondisi lebih lega.
Meski demikian Arya masih enggan menyampaikan ada tidaknya BUMN lain yang memiliki masalah seperti Merpati dan PT industri Gelas (Iglas). "Ada lah," ucapnya.
Terkait apakah akan dilakukan likuidasi atau tidak Arya menyebut tidak bisa karena tidak ada kewenangan. Arya berharap akan ada kewenangan lebih agar bisa melakukan tindakan selanjutnya baik merger, bubarkan, dan lainnya. Pihaknya masih menunggu payung hukum terkait wewenang untuk membubarkan BUMN-BUMN yang 'tidak jelas', tersebut.
"Bubarin pun nanti tertentu. Makanya [payung hukum] Perpres mungkin ya," jelasnya.
Lebih lanjut Arya mengatakan ada beberapa yang masuk list dan tidak ada operasinya. Meski demikian Arya belum bisa menyampaikan berapa jumlahnya. "Ya ada beberapalah. Nggak bisa ngomong, belum bisa ngomonglah," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan tak segan-segan melakukan likuidasi terhadap BUMN yang 'hidup segan tapi mati tak mau' alias seperti 'zombie'. Ia mencontohkan adalah PT Iglas (Persero).
PT Iglas (Persero) BUMN yang khusus memproduksi botol. Namun, bisnis Iglas kini sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang. Di sisi lain, Iglas juga memiliki utang Rp 1 triliun dan asetnya hanya tanah lokasi. BUMN ini sudah berhenti operasi sejak 2015, dan berdampak pada PHK hingga pesangon pekerjanya yang bermasalah.
"Ya kalau likuidasi contoh perusahaan-perusahaan seperti Iglas terus gimana? masak mati segan hidup tak mau. Semua serba segan ya nggak itu nggak sehatlah ngapain kita membohongi diri sendiri kepada sesuatu yang bukan ahlinya," ucapnya.
Pada April lalu, Kementerian BUMN juga resmi memulai penutupan total 51 anak dan cucu usaha BUMN dari 3 perusahaan. Hal ini merupakan bagian dari rasionalisasi perusahaan-perusahaan BUMN.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam rapat kerjanya bersama dengan Komisi VI DPR RI saat itu menyebutkan bahwa penutupan anak usaha BUMN ini akan terus dilakukan ke depannya, tidak hanya terfokus pada PT Pertamina (Persero), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) saja.
"Pada saat ini kami sudah melakukan langkah, hari ini Garuda menutup 6 perusahaan , pertamina 25 anak usaha perusahaan dalam 2 tahun. Lalu Telkom tahun ini 20 . Ini masih 3 perusahaan, kita minta terus," kata Erick dalam rapat kerja virtual, Jumat (3/4/2020).
Dalam rapat ini Erick memaparkan, kementerian telah melakukan pemetaan perusahaan-perusahaan BUMN. Hasil dari pemetaan tersebut, kementerian telah membagi kelompok jumlah perusahaan berdasarkan keberlangsungan usahanya.
"Pemetaan akan menentukan langkah dan strategi untuk BUMN apakah dipertahankan, transformasi, konsolidasi atau apakah pemenuhan publik apakah divestasi," terangnya.
Berikut hasil pemetaan yang disampaikan menteri BUMN:
![]() |
(tas/tas) Next Article 24 Tahun Kementerian BUMN, Erick: BUMN Bukan Sapi Perah Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular