
Siap-siap, Garuda Buka Opsi Naikkan Harga Tiket
Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 June 2020 19:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan pada turunnya pergerakan manusia secara global berdampak pada kinerja perusahaan transportasi, termasuk maskapai penerbangan.
Hal ini terjadi di banyak maskapai penerbangan dunia, paling baru adalah Thai Air yang sudah menyatakan pailit dan tak mampu mengembalikan tiket penumpang yang sudah dipesan sebelumnya.
Tak jauh berbeda, di dalam negeri airlines milik negara, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) saat ini terpaksa hanya bisa mengangkut penumpang setengah dari kapasitas maksimalnya untuk bisa tetap menerapkan social distancing antar penumpangnya.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan karena harus mengurangi kapasitas penumpang, pendapatan perusahaan pun terganggu. Sedangkan harga tiket yang ditawarkan tetap sama seperti kondisi sebelumnya.
"Problem, di kita kalau berlangsung lama ada implikasi finansial, ada yang tempat ga bisa dijual, pilihannya kita naikkan harga boleh nggak? Tentu yang harganya bisa diterima dan masuk akal," kata Irfan dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/6/2020).
Hal senada juga disampaikan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan banyak maskapai penerbangan harus menanggung kondisi berat dalam pandemi saat ini.
Terlebih maskapai yang melayani pelayanan internasional harus menderita karena perjalanan internasional saat ini turun tajam.
"Jangan-jangan kita perlu menaikkan tiket Garuda, karena dengan hanya setengah yang bisa diisi oleh Garuda pesawatnya. Itu sangat berat dengan kondisi sekarang," kata Arya dalam sebuah diskusi siang ini.
Dia menyebutkan, perusahaan ini memang harus mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah untuk mendukung operasionalnya di tengah kondisi saat ini.
"Dan kalau Garuda berhenti cukup berbahaya bagi kita juga. Bayangkan kita gak ada penerbangan lagi nanti, Lion Air juga sudah habis, ini memang jadi sebuah mau gak mau harus ditanggung tapi bukan PMN yang masuk tapi dana talangan sebagai modal kerja sebagai kredit tapi dia harus bayar," tegas dia.
(dru) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Hal ini terjadi di banyak maskapai penerbangan dunia, paling baru adalah Thai Air yang sudah menyatakan pailit dan tak mampu mengembalikan tiket penumpang yang sudah dipesan sebelumnya.
Tak jauh berbeda, di dalam negeri airlines milik negara, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) saat ini terpaksa hanya bisa mengangkut penumpang setengah dari kapasitas maksimalnya untuk bisa tetap menerapkan social distancing antar penumpangnya.
"Problem, di kita kalau berlangsung lama ada implikasi finansial, ada yang tempat ga bisa dijual, pilihannya kita naikkan harga boleh nggak? Tentu yang harganya bisa diterima dan masuk akal," kata Irfan dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/6/2020).
Hal senada juga disampaikan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan banyak maskapai penerbangan harus menanggung kondisi berat dalam pandemi saat ini.
Terlebih maskapai yang melayani pelayanan internasional harus menderita karena perjalanan internasional saat ini turun tajam.
"Jangan-jangan kita perlu menaikkan tiket Garuda, karena dengan hanya setengah yang bisa diisi oleh Garuda pesawatnya. Itu sangat berat dengan kondisi sekarang," kata Arya dalam sebuah diskusi siang ini.
Dia menyebutkan, perusahaan ini memang harus mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah untuk mendukung operasionalnya di tengah kondisi saat ini.
"Dan kalau Garuda berhenti cukup berbahaya bagi kita juga. Bayangkan kita gak ada penerbangan lagi nanti, Lion Air juga sudah habis, ini memang jadi sebuah mau gak mau harus ditanggung tapi bukan PMN yang masuk tapi dana talangan sebagai modal kerja sebagai kredit tapi dia harus bayar," tegas dia.
(dru) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Most Popular