
Rupiah Tak Terbendung, 3 Dolar Dibuat Babak Belur
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 June 2020 11:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sedang perkasa pada perdagangan Jumat (5/6/2020), 3 jenis dolar yang populer di dalam negeri semua dibuat babak belur, melemah lebih dari 1%. Aliran modal asing yang deras masuk ke Indonesia sejak awal pekan membuat rupiah perkasa.
Pada pukul 11:13 WIB, rupiah melesat 1,60% melawan dolar AS ke Rp 13.835/US$, level tersebut merupakan yang terkuat sejak 25 Februari. Di saat yang sama dolar Singapura dan dolar Australia dibuat melemah masing-masing 1,35% ke Rp 9.917,56/SG$ dan 1,47% ke Rp 9.616,71/AU$.
Mood pelaku pasar global sedang bagus akibat new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
Ketika mood pelaku pasar sedang bagus, maka aliran modal akan menuju negara-negara emerging market dan aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi.
Amerika Serikat (AS) sudah mulai melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) beberapa pekan lalu.
CNBC International mengumpulkan 5 data yang mengindikasikan perekonomian AS kembali berputar. Pertama dari pergerakan warga yang berjalan kaki maupun berkendara yang didata dengan Apple Maps, menunjukkan kenaikan signifikan di bulan Mei dibandingkan Maret dan April.
Kedua industri restoran yang mengalami kemerosotan hingga 100% di bulan April sudah kembali beroperasi di beberapa negara bagian. Ketiga, tingkat hunian hotel juga menunjukkan peningkatan.
Ke-empat transportasi udara yang bertambah, dan kelima pembelian rumah yang kembali meningkat di bulan Mei dibandingkan tahun lalu setelah merosot lebih dari 30% year-on-year di bulan April.
Roda bisnis yang kembali berputar meski secara perlahan tentunya membuat perekonomian perlahan bisa bangkit dari kemerosotan, sehingga terhindar dari resesi panjang bahkan kemungkinan depresi yang ditakutkan pelaku pasar.
Kemudian, Singapura juga memutar kembali roda perekonomiannya sejak awal bulan ini. Menteri Perdagangan Singapura Chan Chun Sing mengatakan 80% perekonomian bisa kembali beroperasi pada bulan ini.
"Pada fase pertama, kita akan memiliki 80% kegiatan ekonomi yang kembali ke jalurnya. Kemudian sektor yang tersisa yaitu ritel, makanan dan minuman, kami berharap akan dibuka kembali pada akhir Juni," kata Chan kepada CNBC Squawk Box, dikutip Senin (1/6/2020).
Australia lebih dulu lagi memutar roda perekonomian. Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morison Jumat (8/5/2020) lalu mengumumkan akan melonggarkan lockdown dalam tiga tahap, dan membuka seluruhnya di bulan Juli.
Sementara Indonesia, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta baru dilonggarkan mulai hari ini, itupun masih bertahap.
Tim Gugus Tugas dan Pemda DKI pun telah membuat roadmap untuk pembukaan fasilitas-fasilitas publik selama masa transisi ini. Pada pekan pertama (5-7 Juni) tempat ibadah bisa kembali dibuka dengan kapasitas maksimal 50%. Kemudian pada pekan kedua perkantoran, rumah makan dan lain-lain juga bisa kembali dibuka, tetap dengan kapasitas 50%. Mal dan tempat rekreasi baru akan dibuka kembali pada pekan ketiga.
Meski belakangan memulai new normal, tetapi nyatanya arus modal deras masuk ke Indonesia.
Derasnya aliran modal ke dalam negeri terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) Selasa lalu yang penawarannya mencapai 105,27 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi oversubscribed 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Tingginya minat investor terhadap SBN juga terlihat di pasar sekunder, yield SBN tenor 10 tahun pada hari Rabu turun 22,1 basis poin (bps) menjadi 7,005%, yang menjadi level terendah sejak 12 Maret. Sementara kemarin mengalami koreksi tipis, yield naik tipis 2,3 bps ke 7,028%.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Di pasar saham juga terjadi inflow yang cukup besar dalam 3 hari terakhir. Berdasarkan data RTI, pada hari pada hari Selasa investor asing melaukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 872,35 miliar di all market, berlanjut pada hari Rabu sebesar Rp 1,5 triliun, dan kemarin nyaris Rp Rp 1 triliun.
Akibatnya, nilai tukar rupiah menjadi perkasa dan membuat 3 dolar babak belur pada perdagangan hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Belum Berhenti Menguat, Rupiah Tembus 13.500-an Per Dolar AS
Pada pukul 11:13 WIB, rupiah melesat 1,60% melawan dolar AS ke Rp 13.835/US$, level tersebut merupakan yang terkuat sejak 25 Februari. Di saat yang sama dolar Singapura dan dolar Australia dibuat melemah masing-masing 1,35% ke Rp 9.917,56/SG$ dan 1,47% ke Rp 9.616,71/AU$.
Mood pelaku pasar global sedang bagus akibat new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
Amerika Serikat (AS) sudah mulai melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) beberapa pekan lalu.
CNBC International mengumpulkan 5 data yang mengindikasikan perekonomian AS kembali berputar. Pertama dari pergerakan warga yang berjalan kaki maupun berkendara yang didata dengan Apple Maps, menunjukkan kenaikan signifikan di bulan Mei dibandingkan Maret dan April.
Kedua industri restoran yang mengalami kemerosotan hingga 100% di bulan April sudah kembali beroperasi di beberapa negara bagian. Ketiga, tingkat hunian hotel juga menunjukkan peningkatan.
Ke-empat transportasi udara yang bertambah, dan kelima pembelian rumah yang kembali meningkat di bulan Mei dibandingkan tahun lalu setelah merosot lebih dari 30% year-on-year di bulan April.
Roda bisnis yang kembali berputar meski secara perlahan tentunya membuat perekonomian perlahan bisa bangkit dari kemerosotan, sehingga terhindar dari resesi panjang bahkan kemungkinan depresi yang ditakutkan pelaku pasar.
Kemudian, Singapura juga memutar kembali roda perekonomiannya sejak awal bulan ini. Menteri Perdagangan Singapura Chan Chun Sing mengatakan 80% perekonomian bisa kembali beroperasi pada bulan ini.
"Pada fase pertama, kita akan memiliki 80% kegiatan ekonomi yang kembali ke jalurnya. Kemudian sektor yang tersisa yaitu ritel, makanan dan minuman, kami berharap akan dibuka kembali pada akhir Juni," kata Chan kepada CNBC Squawk Box, dikutip Senin (1/6/2020).
Australia lebih dulu lagi memutar roda perekonomian. Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morison Jumat (8/5/2020) lalu mengumumkan akan melonggarkan lockdown dalam tiga tahap, dan membuka seluruhnya di bulan Juli.
Sementara Indonesia, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta baru dilonggarkan mulai hari ini, itupun masih bertahap.
Tim Gugus Tugas dan Pemda DKI pun telah membuat roadmap untuk pembukaan fasilitas-fasilitas publik selama masa transisi ini. Pada pekan pertama (5-7 Juni) tempat ibadah bisa kembali dibuka dengan kapasitas maksimal 50%. Kemudian pada pekan kedua perkantoran, rumah makan dan lain-lain juga bisa kembali dibuka, tetap dengan kapasitas 50%. Mal dan tempat rekreasi baru akan dibuka kembali pada pekan ketiga.
Meski belakangan memulai new normal, tetapi nyatanya arus modal deras masuk ke Indonesia.
Derasnya aliran modal ke dalam negeri terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) Selasa lalu yang penawarannya mencapai 105,27 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi oversubscribed 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Tingginya minat investor terhadap SBN juga terlihat di pasar sekunder, yield SBN tenor 10 tahun pada hari Rabu turun 22,1 basis poin (bps) menjadi 7,005%, yang menjadi level terendah sejak 12 Maret. Sementara kemarin mengalami koreksi tipis, yield naik tipis 2,3 bps ke 7,028%.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Di pasar saham juga terjadi inflow yang cukup besar dalam 3 hari terakhir. Berdasarkan data RTI, pada hari pada hari Selasa investor asing melaukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 872,35 miliar di all market, berlanjut pada hari Rabu sebesar Rp 1,5 triliun, dan kemarin nyaris Rp Rp 1 triliun.
Akibatnya, nilai tukar rupiah menjadi perkasa dan membuat 3 dolar babak belur pada perdagangan hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Belum Berhenti Menguat, Rupiah Tembus 13.500-an Per Dolar AS
Most Popular