
Rupiah Maju-Mundur Terus Dekati Level "Keramat" 14.000/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 June 2020 13:20

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah bergerak maju-mundur antara penguatan dan pelemahan pada perdagangan Kamis (4/6/2020) pagi tadi. Maklum saja dalam 2 hari terakhir rupiah menguat sangat tajam, apalagi sudah menempel level psikologis Rp 14.000/US$ sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking).
Rupiah langsung melemah 0,36% ke Rp 14.100/US$, kemudian berbalik menguat 0,14% ke Rp 14.030/US$. Setelahnya rupiah maju-mundur menguat melemah silih berganti beberapa saat sebelum akhirnya terperangkap di zona merah. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di level Rp 14.100/US$, melemah 0,36% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rabu Kemarin rupiah melesat tajam 2,29% di pasar spot, sehari sebelumnya sebesar 1,34%. Sementara pada periode April-Mei Mata Uang Garuda juga melesat lebih dari 10%. Melihat kinerja tersebut, maka wajar jika rupiah diterpa aksi profit taking, yang membuatnya cukup kesulitan melewati level "keramat" Rp 14.000/US$.
Penguatan tajam rupiah 2 hari terakhir dipicu capital inflow yang besar. Derasnya aliran modal ke dalam negeri terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) kemarin yang penawarannya mencapai Rp 105,3 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi kelebihan permintaan 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Tingginya minat investor terhadap SBN juga terlihat di pasar sekunder, yield SBN tenor 10 tahun kemarin turun 22,1 basis poin (bps) menjadi 7,005%, yang menjadi level terendah sejak 12 Maret. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik.
Di pasar saham juga terjadi inflow yang cukup besar dalam 2 hari terakhir. Berdasarkan data RTI, Rabu kemarin kemarin investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 1,5 triliun, dan pada hari Selasa sebesar Rp 872,35 miliar di semua pasar.
Hingga akhir sesi I perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, investor asing sudah net buy Rp 520,51 miliar di pasar reguler.
Rupiah sebenarnya punya modal untuk kembali menguat, tetapi sekali lagi level "keramat" atau psikologis memang cukup sulit untuk ditembus terutama setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta dinyatakan diperpanjang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Rupiah langsung melemah 0,36% ke Rp 14.100/US$, kemudian berbalik menguat 0,14% ke Rp 14.030/US$. Setelahnya rupiah maju-mundur menguat melemah silih berganti beberapa saat sebelum akhirnya terperangkap di zona merah. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di level Rp 14.100/US$, melemah 0,36% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rabu Kemarin rupiah melesat tajam 2,29% di pasar spot, sehari sebelumnya sebesar 1,34%. Sementara pada periode April-Mei Mata Uang Garuda juga melesat lebih dari 10%. Melihat kinerja tersebut, maka wajar jika rupiah diterpa aksi profit taking, yang membuatnya cukup kesulitan melewati level "keramat" Rp 14.000/US$.
Penguatan tajam rupiah 2 hari terakhir dipicu capital inflow yang besar. Derasnya aliran modal ke dalam negeri terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) kemarin yang penawarannya mencapai Rp 105,3 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi kelebihan permintaan 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Tingginya minat investor terhadap SBN juga terlihat di pasar sekunder, yield SBN tenor 10 tahun kemarin turun 22,1 basis poin (bps) menjadi 7,005%, yang menjadi level terendah sejak 12 Maret. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik.
Di pasar saham juga terjadi inflow yang cukup besar dalam 2 hari terakhir. Berdasarkan data RTI, Rabu kemarin kemarin investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 1,5 triliun, dan pada hari Selasa sebesar Rp 872,35 miliar di semua pasar.
Hingga akhir sesi I perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, investor asing sudah net buy Rp 520,51 miliar di pasar reguler.
Rupiah sebenarnya punya modal untuk kembali menguat, tetapi sekali lagi level "keramat" atau psikologis memang cukup sulit untuk ditembus terutama setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta dinyatakan diperpanjang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular