China Beralih ke London, Coba Bandingkan dengan Wall Street

Tri Putra, CNBC Indonesia
26 May 2020 14:31
Traders work at their desks whilst screens show market data at CMC Markets in London, Britain, January 16, 2019. REUTERS/John Sibley
Foto: Bursa London (REUTERS/John Sibley)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China berencana menghidupkan kembali program Shanghai-London Stock Connect di Inggris. Ini merupakan salah satu cara untuk menfasilitasi perusahaan China mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) atau menjual sertifikat penyimpanan global (global depository receipts/GDR), ditengah memasnya hubungan China dengan Amerika Serikat. 

Program Shanghai-London Stock Connect sudah dimulai sejak Juni 2019, tapi sempat terhenti karena pemerintah Inggris mengkritik protes anti pemerintah di Hong Kong. 

Apakah keputusan China untuk mendorong perusahaannya mencari pendanaan daribursa saham AS, New York Stock Exchange di Wall Street, ke London Stock Exchanghe realistis? 


Mari simak data-data di tabel berikut ini:

Dari tabel di atas dapat dilihat kapitalisasi pasar bursa di Inggris sebesar US$ 2,4 triliun yang merupakan kelima terbesar di dunia, sedangkan New York Stock Exchange (NYSE) adalah yang terbesar di dunia, dengan kapitalisasi pasar US$ 25,5 triliun. Lalu disusul Nasdaq dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar US$ 11,2 triliun.

Untuk urusan likuiditas, rata-rata transaksi di bursa saham London hanya US$ 5,47 miliar. Jumlah tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan Nasdaq yang mencapai US$ 175 miliar dan NYSE US$ 169 miliar.

Perusahaan yang berasal dari China daratan yang pernah melantai melalui program Shanghai-London Stock Connect baru satu perusahaan yaitu Huatai Securities yang melantai Juni tahun lalu. Perusahaan sekuritas terbesar di China ini berhasil menghimpun dana sebesar US$ 1,5 miliar saat IPO. 

Sementara itu China Pacific Insurance dan SDIC Power Holdings, yang seharusnya melantai menyusul Huatai Securities, membatalkan rencana mereka karena kondisi pasar.

Sedangkan perusahaan lain yang melantai di London Stock Exchange (LSE) sendiri merupakan perusahaan-perusahaan kecil dan tidak terkenal seperti perusahaan bahan kimia G3 Exploration, perusahaan penerbangan Air China, perusahaan besi China Steel Corporation GDS, perusahaan minyak China Petroleum & Chemical, dan perusahaan energi China New Energy.

Bandingkan dengan 137 perusahaan China yang melantai di New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq yang terdiri dari nama-nama besar seoerti JD.com, Baidu, dan Alibaba Group.

Perusahaan berbasis teknologi asal China memang lebih doyan melantai di Nasdaq karena para investor disana sudah terbiasa dengan valuasi perusahaan berbasis teknologi yang tinggi, maka dari itu perusahaan-perusahaan China yang melantai di luar Wall Street, bisnisnya biasanya masih konvensional.

Memang dilihat dari segi apapun LSE kalah glamour dibanding dengan Wallstreet akan tetapi apabila benar terjadi perusahaan-perusahaan China didepak dari Wallstreet dan dipersulit melantai di Nasdaq, London adalah salah satu opsi yang terbaik diantara yang terburuk bagi perusahaan China dalam menghimpun dana.

 

[Gambas:Video CNBC]



 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/hps) Next Article China Pilih Bursa London, Lebih Glamor dari Wall Street?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular