
Tak Peduli AS-China Tegang, Bursa Asia Mayoritas Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Selasa (26/5/2020) terpantau bergerak naik. Kenaikan ini terjadi di tengah tensi antara Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin panas.
Bursa Saham China Daratan, Shanghai Stock Exchange (SSE) mengalami apresiasi sebesar 0,62%, kenaikan ini terjadi walaupun adanya komentar Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan Washington telah terinfeksi "virus politik" dan terus menyerang China.
Sudah menjadi perhatian kami bahwa beberapa kekuatan politik di AS menyabotase hubungan China-AS, dan mendorong kedua negara kami pada perang dingin baru," katanya kepada wartawan, dilansir dari AFP, Senin (25/05/20).
Pernyataan ini dikeluarkan Yi merespons cuitan Presiden AS Donald Trump pada Kamis (21/05/20) yang mengatakan bahwa China sedang mengkampanyekan disinformasi yang sangat masif agar saingannya pada pemilihan Presiden AS November mendatang Joe Biden berhasil menang.
Menurut Trump apabila Joe Biden nanti terpilih niscaya China akan mendapat kerjasama dagang yang lebih menguntungkan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu dari wilayah administratif China, Hong Kong, Indeks Hang Seng berhasil menguat sebesar 1,82% setelah Jumat lalu mengalami koreksi tajam. Kenaikan ini terjadi di tengah gelombang demonstrasi karena masyarakat menolak rencana China secara langsung memberlakukan undang-undang keamanan nasional di kota tersebut.Unjuk rasa hari Minggu kemarin (24/05/20) merupakan yang terbesar sejak Covid-19 dimulai
Para pengunjuk rasa membuat blokade jalan dan melemparkan payung, botol air dan benda-benda lainnya, kata polisi, seraya menambahkan bahwa mereka menanggapi dengan gas air mata "untuk menghentikan aksi kekerasan" dan melakukan lebih dari 120 penangkapan.
Sedangkan dari negara tetangga Singapura, Indeks STI terapresiasi sebesar1.33%. Kenaikan ini merespons Departemen Statistik Singapura yang merilis data Indeks harga Konsumen Singapura yang bergerak sangat tipis 0,0% secara tahun berjalan. Angka ini tentu lebih baik daripada konsensus pasar yang meramalkan terjadinya deflasi sebesar 0,3%.
Rilis data produksi industri Singapura juga menunjukkan kenaikan sebesar 16.5% selama tahun berjalan, angka ini tentu jauh lebih baik dari konsensus pasar yang memprediksi produksi industri Negara Singa ini akan terkontraksi sebesar 6,3%.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 mengalami kenaikan sebesar 2.20%. Kenaikan ini merespons berita baik yaitu Bank of Japan yang merilis data Indeks Harga Konsumen Inti yang menyatakan terjadinya inflasi sebesar 0,1% secara tahun berjalan. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat Jepang yang sudah kembali menguat dan memberikan optimisme baru kepada pelaku pasar.
Menurut Nikkei, pemerintah Jepang juga mempertimbangkan tambahan suntikan stimulus sebesar 100 triliun yen atau sebesar US$ 929 miliar untuk melawan pandemi Covid-19 ini. Jumlah ini hampir sama dengan suntikan dana sebelumnya yaitu US$ 1,1 triliun.
Di negara lain di Asia seperti di Korea Selatan indeks Kospi mengalami apresiasi 1,24%.Sementara itu dari dalam negeri terpantau pada 10:05 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil terbang tinggi ke level 4545,55 atau apresiasi sebesar 1,20%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp) Next Article Virus Corona Jilid-2 Bikin Mayoritas Bursa Asia Merah