
Analisis Teknikal
Pekan Lalu Sapu Bersih, Rupiah Hari Ini Apa Kabar?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 May 2020 08:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat lebih dari 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.680/US$ di pekan lalu, dan berada di level terkuat sejak 13 Maret. Perdagangan di pekan ini terbilang pendek, hanya tiga kali, Senin-Rabu, dan rupiah mampu menyapu bersih semua perdagangan.
Setelahnya, perdagangan dalam negeri libur Hari Raya Idul Fitri hingga Senin (25/5/2020) kemarin, dan baru akan aktif lagi pada hari ini.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR rupiah berhasil menembus di bawah Fibonnaci Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Jika mampu bertahan di bawah Fib. Retracement 61,8% tersebut, rupiah berpeluang menguat lebih jauh ke Rp 14.600-14.580/US$ pada hari ini.
Sementara itu melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, risiko koreksi rupiah cukup besar jika kembali bergerak dan tertahan di atas Fib. Retracement 61,8%.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Jika kembali ke atas Rp 14.730/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.830/US$.
Untuk jangka yang agak panjang, resisten (tahanan atas) yang kuat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut 2 kali sukses menahan pelemahan rupiah.
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.
Secara fundamental, sentimen pelaku pasar yang masih cukup bagus berpeluang membawa rupiah kembali ke zona hijau. Penguatan indeks saham berjangka (futures) Wall Street serta beberapa bursa saham Asia yang sudah buka pagi ini menjadi indikasi sentimen yang cukup bagus.
Apalagi hari ini new normal dimulai di Indonesia, roda perekonomian kembali diputar secara perlahan dengan mengizinkan karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berusia di bawah 45 tahun kembali bekerja.
Tetapi, jalan rupiah untuk kembali menguat tidak akan mudah mengingat tensi hubungan Amerika Serikat dengan China yang masih panas, serta Hong Kong yang kembali bergejolak. Rupiah yang berada di level terkuat lebih dari 2 bulan berisiko diterpa aksi ambil untung (profit taking).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Setelahnya, perdagangan dalam negeri libur Hari Raya Idul Fitri hingga Senin (25/5/2020) kemarin, dan baru akan aktif lagi pada hari ini.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR rupiah berhasil menembus di bawah Fibonnaci Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$.
Jika mampu bertahan di bawah Fib. Retracement 61,8% tersebut, rupiah berpeluang menguat lebih jauh ke Rp 14.600-14.580/US$ pada hari ini.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, risiko koreksi rupiah cukup besar jika kembali bergerak dan tertahan di atas Fib. Retracement 61,8%.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Jika kembali ke atas Rp 14.730/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.830/US$.
Untuk jangka yang agak panjang, resisten (tahanan atas) yang kuat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut 2 kali sukses menahan pelemahan rupiah.
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.
Secara fundamental, sentimen pelaku pasar yang masih cukup bagus berpeluang membawa rupiah kembali ke zona hijau. Penguatan indeks saham berjangka (futures) Wall Street serta beberapa bursa saham Asia yang sudah buka pagi ini menjadi indikasi sentimen yang cukup bagus.
Apalagi hari ini new normal dimulai di Indonesia, roda perekonomian kembali diputar secara perlahan dengan mengizinkan karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berusia di bawah 45 tahun kembali bekerja.
Tetapi, jalan rupiah untuk kembali menguat tidak akan mudah mengingat tensi hubungan Amerika Serikat dengan China yang masih panas, serta Hong Kong yang kembali bergejolak. Rupiah yang berada di level terkuat lebih dari 2 bulan berisiko diterpa aksi ambil untung (profit taking).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular