Kejutan Saham Sepekan: Emas Diramal 'Terbang' & Pesta Undian

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
23 May 2020 14:54
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan menguat 0,85% atau 38,35 poin ke 4.545,952. Faktor korporasi menjadi pemicu kenaikan harga yang fantastis dan juga koreksi buruk sepanjang pekan ini.

Indeks acuan bursa nasional ini mengawali pekan dengan penguatan tipis, yakni sebesar 3,45 poin sehingga ditutup ke level 4.511,058 pada Senin. Penguatan berlanjut pada Selasa, sebesar 37,6 poin ke 4.548,658.

Pelaku pasar terbawa angin yang meniupkan sentimen positif dari bursa global, menyambut rencana pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di beberapa negara, sehingga memperkuat optimisme percepatan pemulihan ekonomi.

Pelonggaran terjadi bersamaan dengan uji vaksin dari uji coba vaksin anti-corona oleh emiten farmasi AS Moderna yang dikabarkan menunjukkan hasil yang positif, meski belakangan dinilai terlalu dini menyimpulkan bahwa vaksin tersebut bakal jadi pengubah keadaan.

Pada Rabu, kenaikan tensi politik antara China dan AS dengan munculnya rencana Senat AS memuluskan undang-undang baru yang bisa mendepak perusahaan China seperti Alibaba dan Baidu dari Wall Street jika menolak diaudit secara penuh.

Akibatnya, sentimen pasar pun memburuk sehingga membuat bursa global terkoreksi, yang juga diikuti koreksi di bursa saham nasional. IHSG tertekan 2,7 poin atau 0,06%, ke level 4.545,952 pada Rabu tersebut, yang juga mengakhiri perdagangan sepekan.

Koreksi itu terjadi seiring dengan aksi jual (net sell) investor asing sepanjang pekan yang mencapai Rp 4,72 triliun di semua pasar (pasar reguler dan pasar negosiasi). Namun pada Rabu, asing menadah saham yang jatuh dengan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 81,7 miliar.

Mengacu pada data RTI, saham yang paling banyak diburu asing adalah PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), dengan nilai pembelian bersih Rp 203 miliar, diikuti saham PT Unilever Indonesia Tbk (senilai Rp 153,3 miliar), dan PT Bank Permata Tbk (Rp 41,4 miliar).

Secara total, sebanyak 212 saham atau nyaris 40% dari emiten yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terjerembab ke zona merah pada Rabu. Koreksi terburuk terutama menimpa saham-saham di sektor keuangan dan perbankan, ritel, serta energi (minyak & gas).

Di tengah penguatan IHSG selama tiga hari perdagangan kemarin, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menjadi saham dengan kenaikan harga tertinggi, yakni sebesar 14,41% menjadi Rp 1.350 per unit.

Kenaikan harga emiten penambang emas tersebut terjadi setelah Shaun Djie, co-founder Digix memprediksi investor akan memburu emas di tengah kebijakan suku bunga rendah bank sentral sedunia dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) di negara maju.

"Outlook saya untuk emas sangat bullish. Harga emas masih punya ruang lebar untuk menguat. Saat ini kita lihat emas di kisaran US$ 1.750/troy ons, tapi memiliki potensi ke US$ 1.800 atau bahkan ke US$ 1.900/troy ons di kuartal selanjutnya," kata Djie sebagaimana dilansir Kitco.

Saham PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL) mencatatkan penguatan tertinggi kedua, yakni sebesar 13,7% menjadi Rp 58 per unit, setelah merilis program insentif bagi pemegang saham, berupa undian berhadiah bagi investor publik maupun institusi yang memiliki saham perseroan.

Perseroan menjanjikan hadiah 1 unit rumah, 2 mobil, 5 motor, dan 50 keping emas (masing-masing 5 gram) bagi para publik yang memegang sahamnya minimal selama 30 hari. Listing pada 6 Desember, Repower adalah emiten pengembang properti di Jakarta.

Sebaliknya, koreksi terburuk menimpa PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) yang anjlok 28,97% selama 3 hari perdagangan menjadi Rp 76 per saham. Koreksi terjadi seiring dengan kesulitan likuiditas anak usahanya, PT Asuransi Jiwa Kresna (Kresna Life).

Perseroan menyatakan harus menunda pembayaran dua produk asuransinya yakni Kresna Link Investa (K-LITA) dan Protecto Investa Kresna (PIK) akibat pandemi Covid-19.

Saham TKIM menjadi saham dengan koreksi terburuk kedua, yakni sebesar -11,62% ke Rp 4.030 per unit, setelah Morgan Stanley Capital International atau MSCI Inc mengeluarkannya dari MSCI Global Standard dan beralih ke MSCI Global Small Cap.

MSCI Inc merupakan salah satu patokan yang digunakan untuk investor asing membeli saham-saham di Indonesia. Perubahan tersebut, yang berpeluang membuat saham TKIM menjadi saham “kelas dua” di mata investor global, akan berlaku efektif pada 29 Mei 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(ags/ags) Next Article Mengekor Wall Street & Bursa Asia, IHSG Koreksi Hampir 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular