Pengangguran Naik & AS-China Panas, Wall Street Dibuka Minus

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
21 May 2020 20:54
wall street
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka melempem pada perdagangan Kamis (21/5/2020), menyusul buruknya data klaim pengangguran pekan lalu yang dirilis bersamaan dengan pembukaan pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average surut 28 poin (-0,1%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 20 menit kemudian bertambah menjadi 49,53 poin (+0,2%) ke 24.625,43. Indeks Nasdaq turun 7,18 poin (+0,08%) ke 9.382,96 dan S&P 500 tertekan 1,86 poin (+0,06%) ke 2.973,47.

Saham MGM Resorts, Best Buy tertekan setelah sempat menguat beberapa hari sebelumnya karena ekspektasi pembukaan kembali ekonomi akan memperkuat kinerja keuangan mereka.

Beberapa negara bagian di AS memang akan melonggarkan lockdown, misalnya Connecticut yang bakal mengizinkan warganya makan di restoran asal berkonsep terbuka (outdoor). New York juga melaporkan rencana pelonggaran di tengah penurunan angka infeksi Covid-19.

Harapan perbaikan juga muncul dari uji coba vaksin anti-corona oleh emiten farmasi AS yakni Moderna, meski kemudian STAT News melaporkan bahwa pengumuman soal hasil sementara uji vaksin semestinya tidak langsung dianggap serius karena minim data pendukung.

"Pasar secara umum telah mendapat dukungan dari berita pengobatan dan vaksin yang positif dan melengkapi optimisme pembukaan kembali perekonomian," tulis Perencana Pasar LPL Research Ryan Detrick dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.

Namun, pelaku pasar menemukan alasan untuk mengambil posisi jual pada hari ini, karena Departemen Tenaga Kerja AS merilis data awal klaim asuransi pengangguran sebanyak 2,4 juta orang, atau sesuai polling Dow Jones yang memperkirakan di angka tersebut.

Pada pekan sebelumnya, angka kliam pengangguran mingguan menembus 2,9 juta orang. Dengan rilis data hari ini, maka total penganggur di Negara Adidaya tersebut mencapai 38 juta orang, dengan 25 juta di antaranya adalah klaim lanjutan. Keduanya merupakan angka yang terburuk dalam sejarah modern AS.

Kenaikan tensi politik antara China dan AS juga memperburuk sentimen pasar. Pada Rabu, Senat AS memuluskan aturan baru yang bakal melarang perusahaan China seperti Alibaba dan Baidu untuk terdaftar dan diperdagangkan di Wall Street.

Aturan itu keluar setelah Presiden AS Donald Trump mencuitkan pernyataan bahwa "ketidakmampuan China" telah menyebabkan "pembunuhan massal skala dunia," mengacu pada pandemi Covid-19. Saham Alibaba drop 2,8% sedangkan saham JD.com ambles 1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular