
Analisis Teknikal
Rupiah Siap Menguat Tajam, Tapi Ada Syaratnya
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 May 2020 09:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (19/5/2020). Rupiah mencatat penguatan 0,47% ke Rp 14.750/US$, dan berada di level terkuat lebih dari 2 bulan terakhir, tepatnya sejak 16 Maret lalu.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR berpeluang menguat tajam pada perdagangan hari ini, Rabu (20/5/2020). Tetapi ada syaratnya, rupiah harus mampu menembus konsisten di bawah Fibonnaci Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Kemarin, rupiah sempat menyentuh level Rp 14.720/US$ tetapi setelahnya penguatan terpangkas dan berakhir di level Rp 14.750/US$. Pergerakan tersebut menunjukkan Fib. Retracement 61,6% menjadi support (tahanan bawah) yang cukup kuat.
Penembusan konsisten ke bawah support tersebut akan membuka peluang penguatan ke Rp 14.700/US$ atau lebih jauh lagi menuju Rp 14.600/US$.
Sementara itu melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, risiko koreksi rupiah cukup besar selama tertahan di atas support tersebut.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Selama tertahan di atas support, Mata Uang Garuda berisiko terkoreksi ke Rp 14.800 - 14.835/US$.
Resisten (tahanan atas) yang kuat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut 2 kali sukses menahan pelemahan rupiah.
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.
Secara fundamental, rupiah kemarin menguat berkat membaiknya sentimen pelaku pasar merespon vaksin virus corona dari perusahaan bioteknologi Moderna di AS.
Pada Senin malam (pagi waktu AS) Moderna menyatakan hasil uji klinis pertama vaksin cukup positif. Pasalnya, imun atau antibodi dari 8 orang yang diujicobakan mampu menghasilkan antibodi virus corona.
Perusahaan memulai percobaan manusia fase 1 pertama pada Maret dengan 45 sukarelawan, dan telah disetujui untuk segera memulai fase 2, yang akan melakukan pengujian kepada 600 orang pada akhir Mei atau Juni. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksinnya dapat diproduksi pada awal Juli mendatang.
Kabar tersebut tentunya memberikan harapan virus corona bisa segera ditanggulangi dan kehidupan kembali normal, roda perekonomian kembali berputar kencang. Sentimen pelaku pasar pun membaik, dan rupiah siap berjaya lagi.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median 4,25% untuk suku bunga acuan. Artinya, BI 7 Day Reverse Repo Rate dikurangi 25 basis poin (bps) dari posisi saat ini yang sebesar 4,5%.
BI masih belum "menembakkan peluru" dengan menurunkan suku bunga tetapi rupiah masih bisa menguat berkat sentimen pelaku pasar global yang sedang bagus. Rupiah memiliki peluang kembali menguat pada hari ini, apalagi belakangan ini rupiah kerap melawan "grafivitasi" alias menguat saat mayoritas mata uang utama Asia melemah atau saat sentimen pelaku pasar kurang bagus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR berpeluang menguat tajam pada perdagangan hari ini, Rabu (20/5/2020). Tetapi ada syaratnya, rupiah harus mampu menembus konsisten di bawah Fibonnaci Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
![]() Foto: Refinitiv |
Penembusan konsisten ke bawah support tersebut akan membuka peluang penguatan ke Rp 14.700/US$ atau lebih jauh lagi menuju Rp 14.600/US$.
Sementara itu melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, risiko koreksi rupiah cukup besar selama tertahan di atas support tersebut.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Selama tertahan di atas support, Mata Uang Garuda berisiko terkoreksi ke Rp 14.800 - 14.835/US$.
Resisten (tahanan atas) yang kuat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut 2 kali sukses menahan pelemahan rupiah.
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.
Secara fundamental, rupiah kemarin menguat berkat membaiknya sentimen pelaku pasar merespon vaksin virus corona dari perusahaan bioteknologi Moderna di AS.
Pada Senin malam (pagi waktu AS) Moderna menyatakan hasil uji klinis pertama vaksin cukup positif. Pasalnya, imun atau antibodi dari 8 orang yang diujicobakan mampu menghasilkan antibodi virus corona.
Perusahaan memulai percobaan manusia fase 1 pertama pada Maret dengan 45 sukarelawan, dan telah disetujui untuk segera memulai fase 2, yang akan melakukan pengujian kepada 600 orang pada akhir Mei atau Juni. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksinnya dapat diproduksi pada awal Juli mendatang.
Kabar tersebut tentunya memberikan harapan virus corona bisa segera ditanggulangi dan kehidupan kembali normal, roda perekonomian kembali berputar kencang. Sentimen pelaku pasar pun membaik, dan rupiah siap berjaya lagi.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median 4,25% untuk suku bunga acuan. Artinya, BI 7 Day Reverse Repo Rate dikurangi 25 basis poin (bps) dari posisi saat ini yang sebesar 4,5%.
BI masih belum "menembakkan peluru" dengan menurunkan suku bunga tetapi rupiah masih bisa menguat berkat sentimen pelaku pasar global yang sedang bagus. Rupiah memiliki peluang kembali menguat pada hari ini, apalagi belakangan ini rupiah kerap melawan "grafivitasi" alias menguat saat mayoritas mata uang utama Asia melemah atau saat sentimen pelaku pasar kurang bagus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular