
Semangat, Rupiah! Ayo Menguat 3 Hari Beruntun
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 May 2020 09:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Optimisme pasar kembali meningkat setelah ada kabar pemerintah AS siap memberikan stimulus fiskal tambahan.
Pada Jumat (15/5/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.850 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun rupiah tidak betah berlama-lama di jalur merah. Pada pukul 09:03 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.830 di mana rupiah menguat 0,07%.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,7% dan hari sebelumnya mata uang Tanah Air pun terapresiasi 0,2% di hadapan dolar AS. Jika rupiah menguat lagi, maka rupiah akan menguat tiga hari beruntun.
Pagi ini, terlihat justru dolar AS yang tertekan. Pada pukul 08:00 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,14%.
Sepertinya investor melakukan ambil untung (profit taking) karena mata uang Negeri Paman Sam sudah menguat tajam. Meski saat ini melemah, Dollar Index masih membukukan penguatan 0,87% dalam sebulan terakhir secara point-to-point.
Oleh karena itu, akan datang saatnya investor tergoda untuk mencairkan cuan yang didapat dari dolar AS. Kala datang sentimen positif yang membuat pasar berani bermain agresif, dolar AS akan mengalami tekanan jual.
Kebetulan hari ini datang kabar baik dari AS. Kayleigh McEnany, Juru Bicara Gedung Putih, mengungkapkan pemerintahan Presiden Donald Trump siap menambah stimulus fiskal untuk memerangi dampak negatif dari wabah virus corona.
"Bapak Presiden sedang mempertimbangkannya. Beliau terbuka untuk itu," kata McEnany, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, kekuatan dolar AS juga digerogoti oleh kabar dari Inggris. Gubernur Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) Andrew Bailey menegaskan pihaknya belum berpikir soal suku bunga acuan negatif.
Saat ini suku bunga acuan di Negeri Big Ben sudah mendekati 0%, tepatnya di 0,1%. Namun belum ada intensi untuk membawanya lebih rendah dari itu.
"Adalah hal yang bijak untuk tidak mengesampingkan apapun, terutama alam kondisi seperti ini. Namun itu (suku bunga acuan minus) bukan sesuatu yang sedang kami rencanakan atau pikirkan," tegas Bailey, seperti dikutip dari Reuters.
Tanpa suku bunga minus, berinvestasi di pasar keuangan Inggris masih bisa mendapat keuntungan. Sentimen in dimanfaatkan investor untuk memburu poundsterling dan melepas dolar AS.
Tekanan bertubi-tubi yang dialami dolar AS sukses dimanfaatkan rupiah. Semoga penguatan rupiah bisa bertahan hingga penutupan pasar sehingga memberikan kado akhir pekan yang manis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Jumat (15/5/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.850 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun rupiah tidak betah berlama-lama di jalur merah. Pada pukul 09:03 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.830 di mana rupiah menguat 0,07%.
Pagi ini, terlihat justru dolar AS yang tertekan. Pada pukul 08:00 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,14%.
Sepertinya investor melakukan ambil untung (profit taking) karena mata uang Negeri Paman Sam sudah menguat tajam. Meski saat ini melemah, Dollar Index masih membukukan penguatan 0,87% dalam sebulan terakhir secara point-to-point.
Oleh karena itu, akan datang saatnya investor tergoda untuk mencairkan cuan yang didapat dari dolar AS. Kala datang sentimen positif yang membuat pasar berani bermain agresif, dolar AS akan mengalami tekanan jual.
Kebetulan hari ini datang kabar baik dari AS. Kayleigh McEnany, Juru Bicara Gedung Putih, mengungkapkan pemerintahan Presiden Donald Trump siap menambah stimulus fiskal untuk memerangi dampak negatif dari wabah virus corona.
"Bapak Presiden sedang mempertimbangkannya. Beliau terbuka untuk itu," kata McEnany, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, kekuatan dolar AS juga digerogoti oleh kabar dari Inggris. Gubernur Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) Andrew Bailey menegaskan pihaknya belum berpikir soal suku bunga acuan negatif.
Saat ini suku bunga acuan di Negeri Big Ben sudah mendekati 0%, tepatnya di 0,1%. Namun belum ada intensi untuk membawanya lebih rendah dari itu.
"Adalah hal yang bijak untuk tidak mengesampingkan apapun, terutama alam kondisi seperti ini. Namun itu (suku bunga acuan minus) bukan sesuatu yang sedang kami rencanakan atau pikirkan," tegas Bailey, seperti dikutip dari Reuters.
Tanpa suku bunga minus, berinvestasi di pasar keuangan Inggris masih bisa mendapat keuntungan. Sentimen in dimanfaatkan investor untuk memburu poundsterling dan melepas dolar AS.
Tekanan bertubi-tubi yang dialami dolar AS sukses dimanfaatkan rupiah. Semoga penguatan rupiah bisa bertahan hingga penutupan pasar sehingga memberikan kado akhir pekan yang manis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular